BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Oknum ketua yayasan pondok pesantren (ponpes) berinisial AF (60) di Kabupaten Lombok diduga melakukan pencabulan santrinya hingga 22 orang. Kasus ini mendapat sorotan dari gubernur NTB, L. Muhammad Iqbal.
Gubernur Lombok tersebut mengungkapkan kesedihannya dan menyebut kasus ini terlah mencoreng citra pendidikan dan nilai-nilai agama di NTB.
“Rasanya ingin menangis rakyat saya menjadi korban, dan ini bukan kejadian pertama,” ujarnya pada awak media, Jumat (25/4/2025).
Ia juga menegaskan dirinya sudah berkomunikasi dengan Kapolda NTB dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) NTB. Ia memastikan pemerintah provinsi akan terus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum untuk mengawal kasus ini sampai tuntas, dan pelaku bisa dihukum maksimal.
“Apalagi pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka. Siapa pun yang melakukan tindakan pelecehan seksual seperti ini harus diberikan hukuman seberat-beratnya. Ini sebagai pesan supaya tidak terjadi lagi, jika hukuman yang diberikan ringan, hal itu akan menjadi preseden buruk dan gagal mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan,” tegasnya.
Iqbal mengungkapkan, fokus utama pemerintah saat ini yakni memberikan perlindungan yang maksimal kepada para korban.
Ia menekankan pentingnya menjaga identitas korban dan mencegah terjadinya viktimisasi, di mana korban mengalami trauma berulang akibat stigma sosial atau pemberitaan yang tidak sensitif.
“Saya minta ada perlindungan korban, ini yang paling penting. Memberi perlindungan jangan sampai mereka mengalami viktimisasi, sudah jadi korban menjadi korban lagi, terutama mendapat hukuman sosial, itu yang kita takutkan,” jelas Miq Iqbal.
Iqbal meminta agar awak media tidak mendokumentasikan dan menyebarkan identitas korban demi menjaga privasi yang bersangkutan, dan mempermudah proses pemulihan trauma.
Baca Juga:
Akhir Pelarian Buron Predator Pencabulan Panti Asuhan Tangerang!
Polisi Ungkap Dua Tersangka Kasus Pencabulan di Panti Asuhan di Tangerang Kondisi Sehat
“Mereka ini adalah korban, jadi kita jaga identitasnya, termasuk juga teman-teman media jangan didokumentasikan dan disebarkan. Kita jaga privasi mereka atau korban supaya mereka bisa melakukan interaksi sosial mulus, apalagi korban sudah punya suami,” tutupnya.
Kasus pencabulan terhadap para santri ini berhasil terungkap berkat keberanian para korban yang terinspirasi dari film asal Malaysia berjudul Walid. Film yang mengangkat pengalaman traumatis di lingkungan pesantren tersebut membangkitkan semangat para santri untuk memberanikan diri melapor ke pihak kepolisian.
(Virdiya/Budis)