BOGOR,TM.ID: Tempat Pembuangan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Lulut Nambo, Kabupaten Bogor, salah satunya bisa menghasilkan bahan bakar pengganti batu bara atau yang biasa disebut keripik sampah atau RDF (Refuse Derived Fuel).
TPPAS Regional Lulut Nambo saat ini mulai diujicoba sebelum beroperasi penuh pada Maret 2024.
Ujicoba TPPAS Lulut Nambo yang berlokasi di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah ditinjau langsung oleh Pj Sekda Jabar, Taufik Budi Santoso, Kamis (11/1/2024) lalu.
“Rencananya Maret 2024 sudah bisa diresmikan untuk tahap satu,” ungkap Taufik.
Proses uji coba TPPAS ini mengolah sampah yang diangkut dump truk dari wilayah Kabupaten Bogor.
Tonan sampah itu masuk mesin pencacah untuk proses biologis, yang kemudian hasil pengolahannya dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu kompos, biomas, dan sampah material berupa RDF.
Sebagai informasi tambahan mengenai RDF atau keripik sampah sebagaimana dikutip dari babelprov.go.id, RDF merupakan hasil pengolahan sampah yang dikeringkan dengan mereduksi kadar airnya hingga kurang dari 25 persen.
Nilai kalor RDF menjadi lebih tinggi setelah sebelumnya dicacah terlebih dahulu untuk menyeragamkan bentuk dan ukurannya menjadi 2-10 cm. Itulah kenapa RDF ini sering disebut sebagai keripik sampah.
Potensi kalor yang tinggi, membuat RDF dapat digunakan sebagai alternatif sumber energi oleh industri yang membutuhkan bahan bakar fosil batu bara seperti pabrik semen dan PLTU.
RDF di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah sejak lama telah berjalan, dimanfaatkan oleh pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia (PT. SBI) yang dihargai sebesar Rp.300.000,-/ton.
Tentu saja, hasil penjualan keripik sampah tersebut menjadi masukan berarti bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat, hasil dari pengolaan sampah.
BACA JUGA: Pemprov Jabar Targetkan TPPAS Regional Legok Nangka, Ciwaringin dan Lulut Nambo Segera Beroperasi
RDF, si Keripik Sampah Produksi TPPAS Lulut Nambo
Saat ini TPPAS Lulut Nambo sudah mulai menghasilkan RDF, berupa serpihan sampah yang telah digiling menjadi bentuk padat.
RDF alias Keripik sampah yang dihasilkan TPPAS Lulut Nambo nantinya akan diambil oleh pabrik semen PT Indocement selaku offtaker untuk dijadikan bahan bakar pengganti batu bara.
Namun bukan hanya RDF, TPPAS Lulut Nambo menghasilkan biomas yang bisa dimanfaatkan untuk alternatif bahan bakar.
Taufik menegaskan bahwa pihaknya optimistis pengoperasian TPPAS Lulut Nambo akan berjalan sesuai rencana.
Saat ini perizinan untuk TPPAS kini sedang berproses di Pemerintah Pusat dan Pemda Kabupaten Bogor.
“Dengan melihat kondisi sekarang paling tidak kita punya optimisme bahwa tahap pertama ini bisa beroperasi dalam waktu yang nanti tergantung perizinan yang sedang di proses di Pemerintah Pusat maupun perizinan di Pemkab Bogor,” ucap Taufik.
Setelah beroperasi penuh TPPAS Lulut Nambo akan melayani empat wilayah yaitu Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang Selatan.
TPPAS yang beroperasi di lahan seluas 55 hektare ini mampu menampung sampah 1.800 – 2.300 ton per hari.
(Aak)