BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ramainya spanduk penolakan yang tersebar di Sleman jelang Konser Kebangsaan, suasana di lapangan justru berkata lain. Meski disebut-sebut sebagai “Gubernur Pencitraan” dan dianggap biang sepinya sektor wisata, Kang Dedi Mulyadi (KDM) tetap datang—dan disambut dengan antusias oleh warga Yogyakarta.
Sejumlah spanduk dengan nada protes terpasang di beberapa titik, diduga digerakkan oleh Forum Wisata Yogya-Jateng. Isinya sangat jelas untuk menolak kehadiran KDM yang dianggap menyebabkan merosotnya kunjungan wisata karena kebijakan pelarangan study tour.
“Setelah larangan KDM, banyak DP wisata yang dibatalkan.” ungkap Ketua AJWLM Wilayah Barat, Dardiri mengutip Instagram @koran_gala.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa spanduk penolakan tersebut tidak mewakili organisasinya secara resmi.
Baca Juga:
Study Tour Mahal Bikin Orang Tua Kelimpungan, KDM: Itu Bukan Belajar, Cuma Piknik!
Klarifikasi KDM Soal Vasektomi: Bukan Paksaan, Tapi Solusi Bagi Keluarga Miskin
Namun, jika dilihat dari akun Instagram resmi Kang Dedi Mulyadi, respons publik di lapangan justru penuh kehangatan dan sangat jauh dari narasi penolakan yang sempat viral. Dalam sebuah video yang diambil di kawasan Malioboro, Yogyakarta,
Kang Dedi terlihat berjalan santai di tengah keramaian sambil mengenakan pakaian khas Jawa. Di tengah lalu lalang orang dan suasana yang tampak seperti bagian dari acara kebudayaan, ia menghampiri seorang ibu penjual minuman botol yang tengah berjualan di trotoar.
Ibu tersebut kemudian menceritakan kisah hidupnya yang berat. Ia mengungkap bahwa suaminya sedang menderita stroke dan penyakit jantung, sehingga harus menjalani pengobatan rutin secara rawat jalan. Sementara itu, ia sendiri harus bekerja keras setiap hari demi menghidupi lima anak mereka yang semuanya masih bersekolah dari TK, SD, hingga MTs.
Mendengar curahan hati sang ibu, Kang Dedi langsung menunjukkan kepeduliannya. Ia membeli seluruh dagangan minuman yang dijajakan sang ibu, lalu tanpa banyak kata, memberikan segepok uang tunai sebagai bentuk bantuan langsung. Momen itu pun membuat sang ibu tak kuasa menahan air mata haru.
Video tersebut tidak hanya menampilkan interaksi kemanusiaan, tetapi juga memperlihatkan antusiasme warga sekitar. Beberapa orang tampak memakai pakaian adat dan membawa bendera, menyapa Kang Dedi dengan ramah dan penuh kehangatan. Tidak ada tanda-tanda aksi protes di lokasi yang ada justru interaksi spontan dan sambutan tulus dari masyarakat.
Fenomena ini menunjukkan satu hal penting. citra bisa diperdebatkan, tapi respons warga di lapangan tetap jadi cermin yang paling jujur. Di balik spanduk penolakan, kehadiran Kang Dedi Mulyadi justru membawa kisah solidaritas dan kemanusiaan yang menyentuh.
Boleh jadi ada kritik, tapi tak bisa dimungkiri jika ada pula pelukan hangat dari rakyat kecil yang merasa didengar dan dibantu.
Penulis:
Daniel Oktorio Saragih
Ilmu Komunikasi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI)