BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tes crossmatch adalah prosedur penting dalam dunia medis untuk memastikan bahwa darah dari pendonor cocok dengan penerima sebelum dilakukan transfusi darah.
Prosedur ini dilakukan untuk mencegah reaksi imunologis yang berbahaya, seperti hemolisis atau gangguan serius lainnya yang dapat membahayakan jiwa.
Tes ini melibatkan penggabungan sampel darah penerima dan donor dalam kondisi laboratorium, kemudian diamati apakah terdapat reaksi aglutinasi atau hemolisis, yang menandakan ketidakcocokan darah.
Mengapa Tes Crossmatch Sangat Penting?
Kecocokan darah bukan hanya soal golongan darah A, B, AB, atau O, tapi juga menyangkut antibodi spesifik dalam darah yang bisa menyebabkan reaksi jika transfusi dengan darah yang tidak kompatibel.
Jika transfusi dilakukan tanpa tes ini dan ternyata darah tidak cocok, maka sistem kekebalan tubuh penerima dapat menganggap sel darah donor sebagai benda asing. Hal ini dapat menyebabkan:
-
Reaksi hemolitik akut
-
Demam tinggi
-
Nyeri dada
-
Gagal ginjal
-
kematian
Jenis-Jenis Tes Crossmatch
Tes Crossmatch Mayor (Major Crossmatch)
Jenis utama dan paling penting dari crossmatch. Dilakukan dengan mencampur sel darah merah dari donor dengan serum dari penerima.
Tujuannya untuk mendeteksi apakah penerima memiliki antibodi terhadap antigen pada sel darah donor.
Kegunaan: Ini adalah syarat wajib sebelum transfusi. Tanpa hasil negatif dari crossmatch mayor, darah tidak boleh ditransfusikan.
Tes Crossmatch Minor (Minor Crossmatch)
Tes tambahan yang mencampur serum dari donor dengan sel darah merah penerima.
Tujuan: Mendeteksi antibodi yang mungkin ada pada serum donor yang bisa menyerang sel darah penerima.
Kegunaan: Tidak selalu dilakukan, terutama jika darah donor telah melalui uji skrining antibodi secara menyeluruh.
Risiko dan Efek Samping
Secara umum, tes ini aman. Namun, seperti prosedur medis lainnya, terdapat risiko minimal seperti:
-
Rasa nyeri saat pengambilan darah
-
Memar di area suntikan
-
Risiko kesalahan manusia jika prosedur tidak mengikuti standar operasional
Sedangkan risiko transfusi darah tanpa crossmatch dapat sangat berbahaya:
-
Syok anafilaktik
-
Reaksi transfusi akut
-
Kematian mendadak
Maka, crossmatching tidak boleh terlewatkan, bahkan dalam kondisi darurat, rumah sakit memiliki unit darah O negatif sebagai solusi sementara.
BACA JUGA:
Kepala BPOM Ungkap Manfaat Sujud Sholat Untuk Kesehatan Otak
Wanita hamil dengan Rh negatif memiliki risiko membentuk antibodi terhadap Rh positif jika bayinya Rh positif. Ini bisa menyebabkan:
-
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
-
Kematian janin
Tes crossmatch dan imunoglobulin anti-D bisa diberikan untuk mencegah komplikasi tersebut.
(Kaje)