BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menganggarkan dana sebesar Rp9,3 miliar dalam tahun anggaran 2025 untuk memenuhi kebutuhan 360 anak yang tinggal di panti sosial milik pemerintah daerah. Jika dirinci, setiap anak akan menerima alokasi sekitar Rp2,7 juta per bulan.
Menurut Kepala Dinas Sosial Jawa Barat, Noneng Komara, dana tersebut dinilai memadai untuk menjamin kebutuhan dasar anak-anak yang berada di bawah pengasuhan Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD).
Noneng juga menjelaskan besaran anggaran tersebut telah disesuaikan dengan standar pelayanan minimal yang diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Tahun 2018, meliputi kebutuhan seperti makanan, tempat tinggal, layanan pendidikan, kesehatan, hingga pembinaan karakter.
“Mulai dari pengasuhan, makanan, sampai sekolah kita jamin,” kata Noneng, Rabu (21/5/2025)
Noneng menekankan bahwa anggaran panti sosial tidak terkena dampak efisiensi ataupun realokasi seperti sektor lain. Hal ini menurutnya merupakan komitmen Gubernur Jabar Dedi Mulyadi untuk memastikan kualitas hidup anak-anak di panti tetap terjaga.
“Anggaran ini sudah sesuai standar, bahkan anggaran ini oleh Pak Gubernur dan Pak Sekda tidak terkena efisiensi dan realokasi, tidak terganggu,” ujarnya.
Tak hanya fisik, Noneng menyebut kebutuhan mental dan spiritual anak-anak panti juga diperhatikan melalui berbagai bimbingan dan kegiatan keagamaan. Selain itu, anak-anak juga disekolahkan mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA.
“Kami juga memberikan layanan penelusuran keluarga sampai reunifikasi keluarga, akses layanan pengasuh pada keluarga pengganti. Sampai harga satuan untuk per makanan, kita semua mengikuti aturan,” jelasnya.
Baca Juga:
Indramayu Kuasai 16,2 Persen Produksi Beras Jawa Barat, Kunci Ketahanan Pangan Provinsi
Dispusipda Jabar Bantah Terima Anggaran Audio Visual Rp1,025 Miliar
Menanggapi kritik mengenai kondisi fisik bangunan panti, Noneng mengakui bahwa masih terdapat sejumlah keterbatasan. Meski begitu, ia menekankan bahwa upaya perbaikan atau revitalisasi tetap dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan ketersediaan anggaran yang dimiliki.
“Kalau dibandingkan dengan hotel pastinya juga jauh, harus selevel mana? Yang ada sangat kami optimalkan, tidak ada yang di bawah standar,” tutupnya.
(Virdiya/)