CIANJUR, TEROPONGMEDIA.ID — Kopi tak lagi sekadar minuman penghangat di pagi hari, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi varian produk lain. Kopi Sarongge yang tumbuh di kaki Gunung Gede, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kini diolah menjadi produk penghalus kulit.
Melalui tangan kreatif Lokatmala Foundation dan komunitas Rambati Nusantara, biji kopi Sarongge kini diolah menjadi produk perawatan tubuh alami yang ramah lingkungan.
Kolaborasi dengan Kopi Sarongge ini melahirkan empat produk uji coba berbahan dasar kopi lokal, sekaligus mengusung prinsip ekonomi kreatif dan keberlanjutan berbasis desa.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kopi punya nilai lebih dari sekadar diseduh. Limbahnya bisa menjadi bahan baku berkualitas untuk perawatan kulit,” ujar perwakilan Lokatmala Foundation.
Produk unggulan yang sedang dikembangkan antara lain scrub kopi untuk eksfoliasi alami, masker wajah kaya antioksidan, eye mask penyegar mata lelah, hingga body oil aromaterapi kopi yang melembapkan kulit.
Inisiatif ini merupakan bagian dari program zero waste coffee yang memanfaatkan ampas dan minyak kopi—bahan yang biasanya terbuang—menjadi produk bernilai tinggi.
“Selain mengurangi limbah, ini jadi peluang baru bagi petani kopi dan UMKM lokal,” tambahnya.
Ke depan, produk-produk ini tidak hanya menawarkan manfaat perawatan tubuh, tetapi juga cerita tentang pemberdayaan komunitas dan kelestarian lingkungan dari biji kopi Sarongge.
BACA JUGA
Kopi Kuning Garut Kian Bersinar, Varietas Unggulan yang Jadi Primadona Baru
Viral! Kopi Gayo Wine Asal Aceh Diserbu Penikmat Kopi Dunia, Rasa Mirip Wine Tapi Halal 100%!
Tentang Kopi Sarongge
Kopi Sarongge, produk asli perkebunan agroforestri di Kampung Sarongge, Kabupaten Cianjur, terus menunjukkan prestasi gemilang.
Tak hanya dikenal di dalam negeri, kopi khas Jawa Barat ini telah berhasil menembus pasar ekspor ke Jerman dan Korea Selatan, membuktikan kualitas biji kopi Indonesia di kancah global.
Keberhasilan ini tak lepas dari program perhutanan sosial yang dijalankan pemerintah. Menteri Kehutanan Raja Antoni mengungkapkan, saat ini seluas 8.900 hektare lahan di Cianjur telah diberikan akses kelola kepada 37 kelompok tani hutan. Namun, ia menekankan perlunya optimalisasi pemanfaatan lahan yang sudah berizin.
“Tantangannya sekarang bagaimana memaksimalkan izin yang sudah diberikan agar benar-benar meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Menhut saat meninjau langsung kebun kopi di Sarongge, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (19/6).
Di Sarongge sendiri, dari total 100 hektare lahan perhutanan sosial yang dikelola tiga kelompok tani, baru 30 persen yang telah ditanami kopi.
“Idealnya seluruh lahan bisa dimanfaatkan. Jika dioptimalkan, produksi bisa mencapai 80-100 ton per tahun. Saat ini baru 7 ton karena pemanfaatan lahannya masih terbatas,” jelasnya.
Menhut menegaskan komitmennya untuk terus mendorong program perhutanan sosial yang berkelanjutan.
“Prinsipnya dua: masyarakat sejahtera, hutan tetap lestari. Kopi Sarongge adalah bukti bahwa kedua hal ini bisa berjalan beriringan,” tegasnya.
Ke depan, pemerintah akan terus mendampingi petani untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kualitas kopi dan kelestarian lingkungan.
Dengan begitu, kopi Sarongge tak hanya akan semakin dikenal dunia, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi masyarakat pengelolanya.
(Aak)