BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Guru Besar Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Edy Meiyanto telah dijatuhi sanksi berupa pemberhentian sebagai dosen, karena terbukti telah melakukan kekerasan seksual pada sejumlah mahasiswa.
“Pimpinan Universitas Gadjah Mada juga sudah menjatuhkan sanksi kepada Pelaku berupa pemberhentian tetap dari jabatan sebagai dosen. Penjatuhan sanksi ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku,” kata Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius dalam keterangannya, dikutip Senin (7/4/2025).
Menurutnya, Komite Pemeriksa bentukan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UGM yang menindaklanjuti laporan dari Fakultas Farmasi terkait dugaan kasus Edy, memberikan sanksi didasarkan temuan, catatan dan bukti dalam proses pemeriksaan.
Komite Pemeriksa menyimpulkan bahwa terlapor terbukti melakukan Tindakan Kekerasan Seksual yang melanggar Pasal 3 ayat (2) Huruf l Peraturan Rektor UGM No. 1 Tahun 2023 dan Pasal 3 ayat (2) Huruf m Peraturan Rektor UGM No. 1 Tahun 2023.
Terlapor, menurut Andi Sandi, juga terbukti telah melanggar kode etik dosen. Hasil putusan penjatuhan sanksi berdasarkan pada Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada nomor 95/UN1.P/KPT/HUKOR/2025 tentang Sanksi terhadap Dosen Fakultas Farmasi tertanggal 20 Januari 2025.
Andi memastikan universitas dan fakultas telah melakan langkah awal dengan membebaskan terlapor dari kegiatan tridharma perguruan tinggi, serta jabatan sebagai Ketua Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi berdasarkan pada Keputusan Dekan Farmasi UGM pada 12 Juli 2024.
“Keputusan Dekan Farmasi ini ditetapkan jauh sebelum proses pemeriksaan selesai dan dijatuhkan sanksi kepada yang bersangkutan, untuk kepentingan para korban dan untuk memberikan jaminan ruang aman bagi seluruh sivitas akademika di fakultas,” ungkapnya.
“Selain itu, UGM melalui Satgas PPKS UGM terus memberikan pelayanan, perlindungan, pemulihan, dan pemberdayaan pada korban sesuai dengan kebutuhan para korban,” tutup Andi.
Sebelumnya diberitakan, Andi Sandi menyebut kasus ini terkuak berkat laporan pimpinan Fakultas Farmasi kepada rektorat mengenai dugaan tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh Edy pada awal 2024 lalu. Korbannya, Andi tak merinci.
Namun, berdasarkan laporan Satgas PPKS UGM, total 13 orang dimintai keterangan terkait kasus ini. Mereka adalah saksi dan korban dari Edy.
Mengacu rekomendasi Satgas PPKS, rektorat sekarang ini juga tengah memproses pemecatan Edy sebagai ASN. Andi menjelaskan, pada pertengahan Maret 2025 kemarin keputusan Menteri Dikti Saintek mendelegasikan urusan pemberhentian tetap alias pemecatan Edy langsung oleh rektor UGM.
BACA JUGA:
Rektor UMS Berhentikan Dosen Terduga Pelecehan Seksual, Ini Kronologinya
Pelecehan Seksual Terjadi Bertahun-tahun di Perguruan Tinggi yang Sama, Rektor Harus Mundur!
“Oleh karena itu, kami ini setelah waktu liburan Idul Fitri ini, kita akan menetapkan keputusan itu. Dan keputusan rektornya itu menyebutkan yang bersangkutan untuk dikenai sanksi sedang sampai berat,” imbuh Andi Sandi.
Andy mengungkapkan status guru besar Edy pascakasus ini, akan ditentukan oleh Kementerian Dikti Saintek.
(Virdiya/Aak)