BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Valhalla Spectaclub adalah bisnis hiburan milik Ivan Sugianto, tersangka kasus perundungan di Surabaya. Simak ulasan singkat mengenai Valhalla, baik dari sisi etimologi, mitologi, maupun filosofi.
Nama Valhalla Spectaclub saat ini sedang ramai jadi perbincangan publik di semua platform media, baik media mainstream maupun media sosial.
Meski Ivan Sugianto menjadi tersangka atas dugaan kasus perundungan atau bullying terhadap teman anaknya, tetapi nama Valhalla Spectaclub akhirnya mencuri perhatian publik. Pasalnya, PPATK menemukan transfer keuangan yang janggal dari rekening Valhalla Spectaclub.
Institusi kepolisian pun mendapat dorongan dari berbagai pihak untuk melakukan penelusuran lebih jauh terkait sumber keuangan mencurigakan milik Valhalla Spectaclub tersebut.
Ivan Sugianto awalnya melakukan aksi tak manusiawi terhadap seorang siswa SMAK Gloria 2 Surabaya untuk bersujud dan menggonggong.
Tindakan sesat Ivan Sugianto pun akhirnya memancing hujatan dari publik setelah rekaman videonya viral di media sosial.
Polda Jawa Timur kemudian bergerak memburu Ivan Sugianto, dan berhasil meringkusnya di Bandara. Tak lama, polisi pun menyematkan status tersangka untuk sang pengusaha hiburan itu.
Filosofi Valhalla
Ivan Sugianto beserta rekan bisnianya tentu punya alasan mendasar kenapa menamai tempat bisnis hibiran malamnya ‘Valhalla Spectaclub’.
Valhalla adalah sebutan untuk tempat surgawi dalam mitologi Nordik, hunian para prajurit Viking yang gugur dalam pertempuran. Valhalla terletak di Asgard, alam surgawi tempat tinggal para dewa Nordik.
Mengutip laman World History, Valhalla adalah sebutan mitologis bangsa Norse untuk Hall of the Slain atau wahana luas di alam “akhirat” bagi para ksatria yang gugur di medan perang.
Dalam kosmologi Nordik, Valhalla adalah tempat paling mulia dan menjadi dambaan, di mana allfather Odin berpesta. Sampai pada waktunya, para ksatria pilihan Valkyrie milik Odin ini akan menjadi pasukan yang akan berperang melawan kekuatan kaum perusuh di Ragnarök.
Odin adalah dewa terkuat dalam mitologi Nordik yang memiliki banyak peran. Dan Ragnarök adalah serangkaian peristiwa dan malapetaka dalam mitologi Nordik yang menandakan akhir dunia para dewa dan manusia.
Artikel Britanica mengulas, Valhalla sebagai gambaran istana megah, beratap perisai, tempat para prajurit berpesta daging babi hutan setiap hari.
Mereka berpesta minuman keras yang mengalir dari ambing kambing, dan aktivitas mereka adalah saling bertarung setiap hari.
Konsep Valhalla atau Aula Odin itu tampaknya telah berkembang dari visi awal tentang kehidupan akhirat seorang pejuang sebagai medan perang, menjadi penalaran yang multi persepsi.
Kesimpulannya, ada benang merah antara Valhalla sebagai istana tempat berpesta dengan penamaan Valhalla Spectaclub sebagai tempat hiburan malam.
Etimologi
Kata Valhalla berasal dari bahasa Norse Valholl, di mana holl aslinya mengacu pada batu, bebatuan, atau gunung, bukan aula, dan dipahami sebagai Batu Orang yang Dibunuh.
Dalam visi sebelumnya, Valkyrie adalah iblis kematian yang membawa jiwa para pejuang yang gugur ke semacam medan perang abadi yang terjal di bawah pegunungan.
Namun belum ada keterangan lebih jelas kapan Valholl berubah menjadi Valhalla yang sudah populer saat ini. Valhalla adalah sebuah istana bagi para pahlawan dan raja yang mendapat pelayanan Valkyrie. Gambaran ini muncul pada abad ke-10 dalam puisi Grímnismál.
Grímnismál terkumpul bersama karya-karya lain dalam Poetic Edda pada abad ke-13, dan buku ini, bersama dengan Prosa Edda (ditulis bersamaan oleh mitografer Snorri Sturluson, l. 1179-1241) adalah dua sumber utama konsep tersebut.
Gambaran Valhalla kini sering muncul dalam karya seni, film, musik, dan video game. Meskipun sering disebut sebagai “akhirat Norse”, tetapi itu hanyalah satu dari lima atau mungkin lebih alam kematian.
Valhalla adalah alam yang paling sering menjadi rujukan sebagai visi besar tentang tujuan para pahlawan yang gugur.
BACA JUGA: Fakta Valhalla Spectaclub Surabaya Milik Ivan Sugianto, Bikin Bising?
Folklor
Mitologi, legenda, dan sejarah Nordik turun-temurun secara lisan dari generasi ke generasi hingga kedatangan dan penerimaan agama Kristen.
Alfabet rahasia negara-negara Skandinavia hanya menggunakannya untuk batu peringatan atau menyampaikan pesan singkat.
Kisah para dewa dan pahlawan yang membentuk mitologi Norse dihafal oleh para penyair skalds, yang menyanyikannya untuk penonton dan mengajarkannya kepada anak didik yang akan menyanyikannya untuk generasi berikutnya.
Prosa Edda karya Sturluson adalah karya yang paling sering menjadi rujukan untuk mitologi Norse pada umumnya & Valhalla pada khususnya.
Pada abad ke-13, para penulis Kristen mulai menulis beberapa ayat-ayat ini, dan ayat-ayat tersebut terkumpul dalam karya Poetic Edda, yang menampilkan kisah-kisah abad ke-10 dan seterusnya.
Sarjana dan mitografer Islandia Sturluson memanfaatkan karya-karya ini, karya-karya lain yang sudah tidak ada lagi, dan tradisi lisan untuk membuat Prosa Edda.
Prosa Edda sebagai karya yang paling sering menjadi rujukan untuk mitologi Norse pada umumnya dan Valhalla secara khusus.
Sturluson juga dianggap telah menambahkan perkembangan puitisnya sendiri ke dalam kisah-kisah sebelumnya. Ia bertanggung jawab atas kesalahpahaman populer bahwa Valhalla adalah “akhirat Norse” karena mencurahkan banyak detail ke dalamnya.
Valhalla sering kali berkaitan dengan kematian seorang pahlawan atau kisah Odin dan kedatangan Ragnarök, tetapi ada alam lain untuk jiwa orang mati selain Odin’s Hall.
(Aak)