BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung menghadirkan langkah inovatif yaitu mengolah sampah organik menggunakan metode maggot.
Tepat di bawah flyover Pasupati, terdapat kampung Pulosari atau Casade yang memiliki Kelompok Swadaya Masyarakat atau KSM.
KSM tersebut berhasil mengolah sampah organik menggunakan maggot. Sampah-sampah organik tersebut terdiri dari dedaunan kering, buah-buahan, dan sisa makanan.
Sampah-sampah itu berasal dari sampah rumah tangga, restoran, dan penjual buah-buahan di wilayah kelurahan Tamansari, kecamatan Bandung wetan, Kota Bandung.
Jika sampah-sampah telah terkumpul, biasanya para penggiat akan mengambil sampah-sampah tersebut.
Sampah organik ini dikumpulkan dari 20 RW di kelurahan Tamansari. Sampah-sampah yang dikumpulkan setiap harinya bisa mencapat ratusan kilo per hari.
Sampah yang telah terkumpul dipilah sesuai dengan jenisnya. Kemudian, sampah-sampah tersebut digiling untuk diberikan kepada maggot.
Penggunaan maggot mampu mengurai sampah secara efektif dan menghasilkan kompos yang berguna bagi petani.
Metode inii tidak hanya ramah bagi lingkungan, tetapi juga efektif dalam mengurangi beban ampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Di RW 15 kelurahan Tamansari Kecamatan Bandung Wetan juga terdapat lokasi penghijauan yang dikelola baik oleh para KSM.
Seperti adanya Buruan sae, peternakan ayam, dan Budidaya lele. Kompos-kompos yang telah dihasilkan tersebut akan digunakan untuk Buruan Sae, Ayam dan lele. Nantinya hasil Buruan Sae dan perternakan tersebut akan diberikan kepada warga.
BACA JUGA: Mengenal Maggot, Si Larva Rakus Penghancur Sampah!
Namun, peternakan ayam dan budidaya lele tidak berjalan cukup baik. Karena siklus udara dan lain sebagainya sehingga beberapa ayam dan lele mati. Meskipun demikian, program ini tetap berjalan dengan dukungan dari berbagai pihak.
Meski sebagian besar anggaran dikeluarkan oleh Karang Taruna Kelurahan Tamansari, tetapi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung juga turut membiayai untuk keberlanjutan program.
Tak hanya itu, terdapat taman-taman yang bisa digunakan bagi para pengunjung yang ingin datang kesana. Seperti taman baca taman ngopi, dan taman bermain anak.
Dengan berbagai inisiatif ini, KSM Tamansari membuktikan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya berfokus pada pengurangan limbah, tetapi juga dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat melalui program penghijauan, ketahanan pangan, serta fasilitas umum yang lebih baik.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi wilayah lain dalam mengelola sampah dengan cara yang lebih inovatif, ramah lingkungan, dan bermanfaat bagi komunitas.
(Magang UIN SGD/ Irma Prita-Aak)