BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersinergi memperkuat literasi dan akses keuangan di pedesaan.
Langkah ini dinilai penting untuk melindungi masyarakat dari jeratan pinjaman online (pinjol) ilegal yang kian marak.
“Menguatkan desa devisa sekaligus memperluas inklusi keuangan berarti memberi masyarakat akses pembiayaan yang aman. Bukan hanya soal ekspor produk kopi, kakao, atau rumput laut, tapi juga soal melindungi warga desa dari pinjol ilegal,” kata Khofifah saat menerima peserta Institutional Visit Program Pembekalan Calon Kepala OJK Angkatan 2 Tahun 2025 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (26/9/2025).
Desa Devisa sebagai Motor Pertumbuhan
Khofifah menjelaskan, Jawa Timur saat ini memiliki 293 Desa Devisa dengan komoditas utama kopi, kakao, hasil laut, furnitur, teh, makanan-minuman, fesyen, hingga rempah-rempah. Program Desa Devisa, menurutnya, terbukti mampu meningkatkan ekspor sekaligus mendongkrak kesejahteraan masyarakat desa.
Sejumlah desa bahkan telah menjadi pionir sejak lama, seperti perajin tenun di Wedani (Gresik), Bandar Kidul (Kediri), dan Larangan (Lamongan). Produk tenun generasi ketiga dan keempat kini berkembang menjadi identitas ekonomi kreatif Jawa Timur.
Selain itu, desa devisa rumput laut di Sidoarjo mulai terhubung dengan industri kosmetik global. Transformasi ekonomi hijau juga tampak lewat inovasi batik ramah lingkungan dengan pewarna alami.
Dengan dukungan UMKM melalui desa devisa, Jawa Timur kini menjadi salah satu episentrum pertumbuhan ekonomi nasional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini tercatat mencapai Rp3.168,3 triliun pada 2024 dan Rp849,3 triliun pada triwulan II 2025.
Baca Juga:
DPR Desak Program MBG Dievaluasi, Kasus Keracunan Makin Marak
Penguatan Modal Sosial Jadi Kunci Pembangunan Desa dan Pengentasan Kemiskinan
Peran Koperasi Desa Merah Putih
Selain Desa Devisa, Khofifah menyoroti peran Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang menyalurkan pangan, pupuk, LPG, hingga gula langsung dari produsen ke masyarakat. Model ini dinilai efektif memangkas rantai distribusi yang panjang.
“Koperasi Merah Putih bukan hanya wadah ekonomi, tapi juga strategi pemutusan rantai distribusi. Dengan dukungan OJK, koperasi desa bisa mendapat akses pembiayaan sehat dan beroperasi lebih cepat,” ujarnya.
Khofifah menegaskan, peran OJK sangat penting untuk mendampingi koperasi desa dalam memperoleh akses permodalan sehat sekaligus memperkuat literasi keuangan masyarakat.
Lawan Pinjol Ilegal dengan Literasi
Menurutnya, masalah pinjol ilegal masih menjadi pekerjaan rumah besar. Karena itu, literasi keuangan harus digencarkan hingga ke tingkat desa, sekolah, dan pesantren.
Tujuannya, agar masyarakat mampu membedakan lembaga keuangan legal dan ilegal sebelum terjebak dalam praktik merugikan.
“Kalau desa kuat, koperasi sehat, dan masyarakat terlindungi, maka ekonomi desa akan menjadi pondasi kuat menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Khofifah.
Dengan strategi terpadu melalui Desa Devisa, Koperasi Merah Putih, serta literasi keuangan, Khofifah optimistis Jawa Timur mampu menjadi model pembangunan ekonomi desa yang inklusif dan berkelanjutan.
(Hafidah Rismayanti/Budis)