BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Reak adalah kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat, yang kini hampir punah. Simak ulasan sejarah dan eksistensi kesenian reak yang masih bertahan di kawasan Bandung Timur ini.
Reak merupakan seni pertunjukan semacam barongan, disertai kuda lumping dengan iringan tetabuhan alat musik dogdog.
Awal Mula Terbentuknya Kesenian Reak
Mengutip Ejurnal Unikom seni reak hadir sekitar abad ke-12, yang bertujuan untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Pada awalnya Reak ditampilkan untuk mengurangi rasa takut anak laki-laki dalam melakukan khitan atau sunatan. Kesenian reak sendiri berasal dari Kabupaten Sumedang lalu berkembang ke daerah Bandung Timur seperti Cileunyi, Cibiru, dan Ujungberung.
Tahapan Prosesi Kesenian Reak
Kesenian reak memiki beberapa tahapan dalam prosesinya. Reak sendiri dipertunjukan untuk mengelilingi daerah atau desa tempat tinggal tersebut.
Prosesi reak di mulai dengan tatabuhan dan atraksi kuda lumping serta diiringi dengan tarian bangbabarongan, lalu anak yang dikhitan diarak dengan berjalan mengelilingi desa dari halaman rumah mereka hingga kembali lagi ke rumah mereka.
Puncaknya, para pemain bangbarongan atau berokan dan kuda lumping kerasukan roh atau biasa dibilang kesurupan. Hal tersebut dipercaya sebagai tolak bala yang diakhiri dengan berhentinya suara tabuhan instrumen musik.
Rangkaian terakhir dari kesenian reak, ditandai pembagian sasajen terhadap para pemain. Sedangkan pemain reak yang kesurupan mulai disadarkan atau yang sering disebut prosesi pamitan.
Komunitas Seni Reak
Mengutip laman ISBI Bandung, ada lebih dari 52 grup reak di kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Juarta Putra merupakan kelompok tertua di daerah tersebut, yang mengawali eksistensinya pada tahun 1935 sampai tahun 1981.
Kelompok kesenian tersebut pada awalnya dipimpin dan dikembangkan oleh Abah Juarta. Meskipun sempat vakum, tetapi kelompok ini masih eksis sampai sekarang.
Bahkan eksistensinya tersebar ke beberapa daerah di Jawa Barat hingga benua Eropa. Juarta Putra memiliki kelompok kesenian reak sendiri di Eropa, termasuk Denmark.
Pada November 2024 Juarta Putra meresmikan salah satu kelompok reak mereka yang berada di Denmark. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan seni warisan leluhur tersebut.
BACA JUGA
Pameran Seni Rupa ‘PartiSpasi’ di Batang: Nostalgia Masa Lalu Lewat 23 Karya Maestro
Menurunnya Minat Generasi Muda
Penurunan minat generasi muda saat ini terhadap seni dan budaya tak lepas dari pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Generasi muda saat ini lebih tertarik kepada budaya luar yang dipandang oleh mereka terlihat lebih keren dan praktis. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kesian tradisional seperti reak.
Pada lingkungan Pendidikan seni dan budaya juga dianggap kurang penting dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Akibatnya generasi muda mulai mengabaikan dan bertindak sama dengan menganggap ringan pelajaran tersebut.
Sosial media juga sangat berdampak dengan penurunan minat, karena para generasi muda lebih tertarik dengan game online, media sosial Instragram, TikTok, dan lainnya. Akibatnya, mereka menginginkan segala sesuatu cenderung dalam bentuk instan.
(Magang UKRI-Andari/Aak)