BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Isu kepemimpinan perempuan selalu menjadi isu menarik saat menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di seluruh Indonesia yang akan diselenggarakan serentak pada November 2024 mendatang.
Jawa Barat khususnya di Kota Bandung, isu kepemimpinan perempuan tersebut menjadi sangat strategis mengingat munculnya banyak nama dari kalangan perempuan hebat dengan prestasi luar biasa yang mencalonkan diri dan yang layak berkontestasi serta memimpin sejumlah kota maupun kabupaten melalui proses Pilkada 2024 mendatang.
Kepemimpinan perempuan di Jawa Barat dan Kota Bandung pada khususnya, seperti diketahui memiliki sejarah panjang. Bahkan tokoh-tokoh perempuan di tatar Sunda merupakan tokoh luar biasa.
Contoh saja Raden Dewi Sartika yang memiliki sekolah dengan nama Keutamaan Istri. Jika diartikan sekolah ini pun berarti mengutamakan perempuan dan menjadi cikal bakal berkembangnya dunia pendidikan di Kota Bandung.
Memasuki Pilkada Kota Bandung 2024 pun nama-nama mulai bermunculan dari kalangan perempuan. Sebut saja Siti Muntamah atau yang akrab disapa Ummi Oded, Atalia Praratya Kamil, Nurul Arifin, hingga Yena Iskandar Ma’soem.
BACA JUGA: Catat! Persyaratan Bacalon Pilkada Kota Bandung, Wajib Miliki Dukungan 121.705 KTP
Menurut Pengamat politik yang menjabat sebagai ‘Director Centre for Political Analysis Strategic Indonesia’ Nana Rukmana. Menurutnya tatar Sunda tidak akan lepas dari kultur memuliakan perempuan.
“Makam Cut Nyak Dien di Sumedang sangat terpelihara karena beliau selain pahlawan juga sebagai tokoh perempuan pergerakan melawan kolonialisme yang sangat dihormati di Aceh. Sedangkan di Kota Bandung ada pula Sekolah Kautamaan Istri yang merupakan warisan dari Raden Dewi Sartika,” kata Nana
Terkait Pilkada di Kota Bandung Nana menilai bukan menjadi masalah jika nantinya Kota Bandung dipimpin perempuan. Beberapa kandidat perempuan pun memiliki kualitas yang mumpuni.
“Kita lihat bagaimana Ummi Oded sering terjun ke masyarakat, lalu Atalia yang kuat dengan Jabar Bergeraknya, Nurul Arifin dengan anak mudanya. Lalu sekarang ada lagi calon perempuan lainnya yaitu Yena Iskandar Ma’soem yang merupakan penggiat dunia kesehatan sekaligus entrepreneur yang sukses,” ucapnya
Sedangkan, Guru Besar Universitas Padjadjaran Prof Muradi menambahkan karakter kultur politik di Jabar dan khususnya Kota Bandung masih membutuhkan proses. Ini karena hingga kini belum ada ‘pecah telur’ kepemimpinan perempuan di Kota Bandung.
“Meski sebenarnya sangat memungkinkan adanya beberapa nama yang layak. Seperti Atalia, Ummi Oded, hingga Nurul Arifin. Hanya saja penentuan nama-nama ini harus selesai dulu di internal partai,” katanya
Namun, semuanya bisa saja terjadi kata Muradi, hanya saja semuanya masih belum ‘clear’ betul. Dinamika Pilwalkot Bandung masih sangat terbuka, dan kemungkinan perempuan maju pun masih ada. Hanya saja peta politik secara keseluruhan belum terlihat.
(Rizky Iman/Usk)