BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di zaman di mana segalanya serba instan, belanja cukup sekali klik, investasi tinggal buka aplikasi, pesan makanan hanya lewat ponsel, kita merasa hidup lebih mudah.
Tapi di balik semua kemudahan itu, ada satu pertanyaan besar yang jarang kita tanyakan, “Seberapa aman data pribadi saya?”
Setiap hari, jutaan orang di Indonesia memasukkan informasi pribadi mereka ke dalam berbagai platform: nomor telepon, alamat rumah, nomor kartu kredit, hingga foto identitas.
Tapi, sebagian besar pengguna tak pernah berpikir dua kali soal ke mana data itu akan mengalir. Apakah diamankan? Disimpan dengan enkripsi? Atau malah diperjualbelikan?
Kasus kebocoran data yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan satu hal, sistem digital kita belum sekuat yang kita kira.
Bahkan perusahaan besar pun bisa kecolongan. Dan ketika itu terjadi, pengguna seperti kita yang tak pernah berpikir soal keamanan data akan jadi korban pertama.
Pakar keamanan siber seperti Dhanipro menyarankan bahwa perlindungan data harus sampai ke level terdalam, yakni level penyimpanan fisik.
Enkripsi bukan sekadar tambahan, tapi fondasi. Meskipun server dibobol, data yang terenkripsi tetap tidak bisa dibaca.
Bayangkan seperti menyimpan barang berharga dalam brankas berlapis baja. Meskipun maling bisa masuk rumah, mereka tetap tak bisa membukanya. Itulah pentingnya sistem keamanan berlapis dalam dunia digital.
Sebagai pengguna, kita memang tidak bisa memeriksa sistem keamanan sebuah platform secara teknis. Tapi kita bisa membaca tanda-tanda.
– Tidak ada “https://” atau ikon gembok di browser
– Tidak ada kebijakan privasi yang jelas
– Proses pendaftaran terlalu mudah tanpa verifikasi identitas
Semua itu adalah red flag. Jika kita tetap mengisi data pribadi di situs seperti itu, kita sedang bermain dengan risiko.
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan UU Perlindungan Data Pribadi. Tapi regulasi, sebagus apa pun, tidak akan efektif tanpa dukungan pengguna.
Banyak dari kita masih terlalu tergoda oleh promo, diskon, dan kemudahan akses, tanpa mempertanyakan keamanan platform tersebut.
Kita butuh lebih dari sekadar hukum, kita butuh budaya sadar data.
Baca Juga:
Dugaan Kebocoran Data Pemilih, KPU: Beberapa Analisis Sedang Berjalan
5 Langkah Sederhana
– Gunakan kata sandi berbeda dan kuat untuk setiap akun.
– Aktifkan autentikasi dua langkah.
– Update aplikasi dan perangkat lunak secara rutin.
– Jangan asal klik link dari sumber tak dikenal.
– Hindari mengakses akun penting lewat Wi-Fi publik.
Di masa depan, seiring dengan berkembangnya AI, big data, dan Internet of Things, keamanan data akan jadi faktor penentu kepercayaan.
Platform yang lalai melindungi data pengguna akan ditinggalkan. Dan pengguna yang tak peduli soal data akan jadi target empuk.
Indonesia bisa jadi pemimpin dalam keamanan digital. Tapi itu butuh kita semua, dari pembuat aplikasi, regulator, hingga pengguna biasa.
Karena di dunia digital, menjaga data sama dengan menjaga diri sendiri.
(Budis)