BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Istilah brain rot atau “pembusukan otak” kini ditetapkan oleh Oxford University Press untuk mencerminkan kekhawatiran yang semakin berkembang tentang dampak buruk media sosial terhadap kesehatan mental.
Para ahli Oxford mencatat lonjakan signifikan dalam penggunaan istilah brain rot sepanjang tahun 2024. Penggunaan istilah ini bahkan meningkat hingga 230 persen dari tahun sebelumnya. Fenomena tersebut mencerminkan keprihatinan global terhadap efek konsumsi konten daring berkualitas rendah dalam jumlah besar.
Psikolog Klinis dari Rumah Sakit Holy Family, Mumbai, Dr. Narendra Kinger, menjelaskan brain rot menggambarkan penurunan kemampuan mental secara perlahan.
“(Istilah) ini sering kali dikaitkan dengan penggunaan layar yang berlebihan, kurangnya stimulasi, atau pilihan gaya hidup yang tidak sehat,” kata Dr. Narendra Kinger, mengutip Antara, Selasa (10/12/2024).
Lebih lanjut, ia menyebutkan brain rot merujuk pada kemunduran kondisi mental atau intelektual seseorang yang diduga terjadi akibat konsumsi konten yang dangkal dan tidak menantang.
“Pengguliran tanpa akhir di media sosial membanjiri otak dengan informasi dangkal, sehingga mengurangi kapasitas untuk berpikir kritis dan mendalam,” tambahnya.
Dampak Luas pada Semua Usia
Fenomena brain rot tidak hanya memengaruhi satu kelompok usia tertentu. Anak-anak sering kali menunjukkan gejala seperti menurunnya rentang perhatian, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan prestasi akademis.
Sementara itu, orang dewasa cenderung mengalami gejala seperti mudah lupa, motivasi rendah, mudah tersinggung, hingga ketergantungan berlebihan pada perangkat digital untuk hiburan.
Dr. Kinger mengungkapkan gaya hidup pasif, kurang aktivitas fisik, kurang tidur, serta pola makan yang buruk turut memperparah masalah ini. Ia menekankan pentingnya pola makan bergizi yang kaya asam lemak omega-3 dan antioksidan untuk menjaga kesehatan otak.
“Tanpa istirahat yang cukup dan pola makan seimbang, fungsi kognitif dapat menurun seiring waktu,” jelasnya.
Batasan Digital dan Aktivitas Kreatif
Untuk mencegah brain rot, Dr. Kinger menyarankan agar orang tua menetapkan batasan waktu layar bagi anak-anak. Ia juga mendorong kegiatan seperti bermain di luar ruangan, membaca, musik, atau seni sebagai alternatif yang merangsang kreativitas dan mengurangi stres.
Bagi orang dewasa, menjaga keseimbangan antara konsumsi digital dan aktivitas yang menantang pikiran menjadi kunci utama. Dr. Kinger merekomendasikan permainan intelektual seperti teka-teki, percakapan mendalam, atau aktivitas kreatif lainnya untuk menjaga kesehatan mental.
“Otak adalah aset paling berharga yang Anda miliki. Merawatnya dengan baik tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup Anda,” tutupnya.
BACA JUGA: Manfaat Dengarkan Piano Tingkatkan Fungsi Otak?
Dengan kesadaran yang terus meningkat, pemahaman mendalam tentang brain rot dapat menjadi langkah awal untuk mengatasinya di tengah derasnya arus digitalisasai.
(Virdiya/Budis)