BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sebuah video yang diunggah oleh pemilik akun Instagram @alfanarsyad menghebohkan dunia maya.
Video tersebut menunjukkan seorang pria yang diduga melakukan pelecehan seksual di sebuah pusat kebugaran bernama Celebrity Fitness Indonesia di Jakarta.
Dalam video tersebut, terlihat sosok pria yang diduga melakukan pelecehan seksual.
“Nih buat all member @celebrityfitneshindonesia Jakarta di tandai dan hati2 sama orang ini dia gak punya etitude, ada pelecehan asal pegang puting orang di sauna,” tulis @alfanarsyad dalam keterangan video di Instagram story-nya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Celebrity Fitness Indonesia terkait insiden tersebut.
Video ini telah viral dan mendapat perhatian luas dari netizen. Banyak yang mengecam tindakan pria tersebut dan meminta pihak Celebrity Fitness Indonesia untuk segera mengambil tindakan tegas.
Trauma yang Dialami Orang yang Mengalami Pelecehan
Kekerasan seksual meninggalkan luka yang dalam dan berdampak jangka panjang pada korban. Trauma yang dialami tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan fisik dan mental.
Berikut adalah beberapa trauma yang umum dialami korban kekerasan seksual:
1. Depresi dan Penyalahan Diri
Menyalahkan diri sendiri adalah reaksi yang umum terjadi pada korban kekerasan seksual. Mereka merasa seharusnya bisa melakukan sesuatu yang berbeda untuk menghindari kejadian tersebut. Hal ini dapat memicu depresi, gangguan mood yang ditandai dengan kesedihan, keputusasaan, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati. Depresi dan penyalahan diri dapat merusak seseorang dengan berbagai cara, seperti minimnya motivasi untuk mencari bantuan, kurang empati, mengisolasi diri, kemarahan, dan agresi, termasuk melukai diri sendiri dan/atau upaya bunuh diri.
2. Sindrom Trauma Perkosaan (RTS)
RTS adalah bentuk turunan dari PTSD (gangguan stres pasca trauma) yang khusus dialami oleh korban kekerasan seksual. Gejalanya meliputi:
Segera setelah kejadian: Syok, kedinginan, pingsan, disorientasi, gemetar, mual dan muntah.
Pasca kejadian: Insomnia, kilas balik, mual dan muntah, respon mudah kaget, sakit kepala, agitasi, agresi, isolasi, mimpi buruk, gejala disosiatif, peningkatan rasa takut dan kecemasan.
Masalah fisik: Nyeri bagian perut atau punggung bawah, iritasi tenggorokan akibat oral seks paksaan, masalah ginekologis (menstruasi berat, keputihan, infeksi kandung kemih, penyakit kelamin menular, kehamilan tidak diinginkan), penolakan terhadap kekerasan yang terjadi, ketakutan akan seks, dan kehilangan gairah seksual.
3. Disosiasi
Disosiasi adalah mekanisme pertahanan otak untuk mengatasi trauma. Ini dapat berupa pengalaman melamun ringan hingga disosiasi kompleks dan kronis yang membuat penderitanya sulit berfungsi dalam dunia nyata. Gejala disosiasi meliputi:
- Perasaan “ruh keluar dari tubuh”.
- Merasa sekitarnya tampak tidak nyata.
- Tidak terlibat dengan lingkungan sekitar.
4. Gangguan Makan
Kekerasan seksual dapat memengaruhi persepsi diri terhadap tubuh dan pengendalian diri dalam kebiasaan makan. Korban mungkin menggunakan makanan sebagai pelampiasan trauma, untuk merasa kembali memegang kendali atas tubuhnya, atau mengimbangi emosi yang membuatnya kewalahan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan makan seperti anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating.
5. Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD)
HSDD adalah kondisi medis yang menandakan hasrat seksual rendah. Kondisi ini dapat menjadi primer (tidak pernah mengalami hasrat seksual) atau sekunder (kehilangan gairah seksual akibat trauma). Trauma kekerasan seksual dapat menyebabkan HSDD karena hubungan seks dapat memicu kilas balik dan mimpi buruk.
BACA JUGA : Lakukan Pelecehan Seksual, Oknum Guru Seni Budaya SMK Jakarta Dipecat
6. Dyspareunia
Dyspareunia adalah nyeri selama atau setelah berhubungan seksual. Kondisi ini biasanya dari berbagai faktor, termasuk trauma dari riwayat kekerasan seksual.
7. Vaginismus
Vaginismus adalah kondisi di mana otot-otot vagina meremas atau mengejang dengan sendirinya saat sesuatu memasuki vagina. Hal ini dapat disebabkan oleh kecemasan atau ketakutan ekstrim untuk berhubungan seks, termasuk trauma dari riwayat kekerasan seksual.
8. Diabetes Tipe 2
Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang mengalami pelecehan seksual saat masih kanak-kanak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2.
(Hafidah Rismayanti/Budis)