JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Ziarah Raudhah harus menjadi prioritas saat jemaah memasuki Masjid Nabawi, Madinah. Kemanag RI beberkan asalannya.
Jemaah Haji gelombang II secara bertahap diberangkatkan dari Makkah menuju Madinah pada Rabu (26/62024). Para jemaah akan berada di Madinah selama 8 hingga 9 hari.
Kepala Daerah Kerja Makkah, Khalilurrahman menjelaskan, sebanyak 17 kloter jemaah gelombang II yang diberangkatkan ke Madinah.
Selama di Kota Madinah, kata Khalilurrahman, jemaah akan berziarah ke beberapa lokasi, seperti Raudhah di Masjid Nabawi, masjid Kuba, Jabal Uhud, dan beberapa tenpat lainnya.
Raudhah adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi untuk berdoa. Itulah pula yang menjadi alasan umat Islam yang melaksanakan umrah maupun haji menjadikan Raudhah sebagai tujuan salah satu tempat yang ingin dikunjungi.
“Untuk masuk Raudhah, jemaah akan menggunakan tasreh yang sudah didaftarkan oleh Bimbad Madinah,” kata Khalil, dalam keterangan resmi Kemenag RI.
Seringkali, lanjut dia, jadwal ke Raudhah berbarengan dengan momen ziarah di situs lain. Bila itu terjadi, Khalil meminta agar jemaah mendahulukan berziarah ke Raudhah.
“Utamakan ziarah ke Raudhah dulu. Karena ini jadwalnya tidak bisa diulang. Kalau sudah terlewat, jemaah tidak punya kesempatan lagi. Karenanya pastikan jangan terlewat jadwal ke Raudhahnya,” pesan Khalil.
Ia juga berpesan agar jemaah senantiasa menjaga kondisi fisik selama di Madinah. Namun, jangan memaksakan diri dalam beribadah.
“Tetap gunakan alat pelindung diri bila keluar dari penginapan,” tegasnya.
Cuaca di Madinah lebih panas dari Makkah sehingga alat pelindung diri penting untuk dibawa jemaah.
“Jangan lupa gunakan sunscreen, topi, dan kacamata. Bawa juga payung dan botol semprot (spray). Satu lagi, jangan lupa untuk sering minum untuk menghindari dehidrasi,” pesan Khalil.
BACA JUGA: Masa Tunggu Lama, Naik Haji Sejatinya Cukup Sekali Seperti Rasullah SAW
Perbedaan Kondisi di Mekkah dan Madinah
Sejak awal, Khalil telah mengimbau jemaah untuk mulai menyiapkan kebutuhan peribadatannya di Kota Madinah sejak masih berada di Makkah.
“Tidak seperti di Makkah, di mana jarak hotel ke Masjidil Haram relatif agak jauh sehingga butuh Bus Shalawat, di Madinah hotelnya dekat dengan masjid Nabawi. Kira-kira jarak hotel ke Masjid Nabawi sekitar 500 meter,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa kondisi hotel di Madinah berbeda dengan di Makkah. Kapasitas hotel di Madinah tidak sebanyak di Makkah.
Bila di Makkah satu hotel ada yang bisa menampung sampai 20 ribu jemaah, di Madinah paling sekitar 1.500 jemaah.
“Jangan kaget kalau nanti ada kloter yang terpisah penempatannya,” ujar Khalil.
Karena jumlah kapasitasnya sedikit, maka tak heran jika hotel di Madinah memiliki lobi yang lebih kecil dibandingkan pemondokan di Makkah.
“Namun, yang juga perlu diingat jemaah, di Madinah jumlah lift hotelnya terbatas. Jadi, kalau mau salat fardhu di Nabawi, jemaah perlu mengatur juga waktu turun lift nya,” imbuhnya.
Karakteristik hotel di Madinah memiliki luasan yang lebih kecil dari hotel-hotel di Makkah. Berbeda juga dengan di Mekkah, pemondokan di Madinah tidak menyediakan mushala.
Pemondokan jemaah haji Indonesia di Madinah merupakan hotel berbintang 3 sampai 5. Karenanya, mereka tidak menyediakan tempat cuci jemur seperti di Makkah.
Untuk menyiasatinya, jemaah diharapkan sudah menyiapkan baju ganti yang cukup selama beraktivitas di Madinah. “Kalau bisa kenakan pakaian yang mudah menyerap keringat. Jadi tidak perlu upaya berat untuk mencucinya,” ujar Khalil.
(Aak)