BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Esports saat ini telah menjadi salah satu cabang olahraga yang berkembang pesat di Indonesia dan dunia. Sebagai ”anak baru” dalam industri olahraga, Esports mulai menarik perhatian publik, terutama sejak era pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
Dahulu, turnamen Esports hanya terbatas pada beberapa acara kecil. Kini, berbagai macam turnamen, mulai dari kelas kecil, menengah, hingga berskala nasional dan internasional, semakin ramai digelar. Turnamen-turnamen ini bahkan sering menjadi bagian dari acara besar seperti ulang tahun perusahaan atau perayaan industri tertentu.
Lebih jauh lagi, kini telah masuk ke dalam kalender olahraga multi-event seperti SEA Games dan Asian Games, menambah legitimasi Esports sebagai olahraga resmi. Prestasi yang diraih pun tidak main-main, dengan banyaknya atlet Esports yang berhasil membawa pulang gelar juara dari berbagai turnamen.
Namun, mungkin tidak banyak yang tahu kapan dan apa turnamen Esports pertama yang digelar. Menurut berbagai sumber, sejarah turnamen Esports dimulai pada tahun 1972 dengan kompetisi game Spacewar. Turnamen tersebut diberi nama Intergalactic Spacewar Olympics dan berlangsung di Kampus Stanford, salah satu universitas tertua di dunia.
Spacewar Game turnamen Pertama
Spacewar adalah game bertema luar angkasa yang diciptakan oleh Steve Russell, Martin Graetz, Peter Samson, Wayne Witaenem, dan beberapa rekan lainnya pada tahun 1962. Dalam game ini, pemain mengendalikan pesawat luar angkasa yang saling bertempur dengan cara menembak dan bermanuver untuk menghindari serangan lawan.
Di era 1960-an, Spacewar mencapai popularitas besar di kampus-kampus di Amerika Serikat dan Kanada, terutama di kalangan mahasiswa dan peneliti. Mahasiswa sering memainkan game ini di sela-sela kegiatan akademik mereka, hingga akhirnya pada tahun 1972 diadakan turnamen Spacewar di Stanford.
Turnamen tersebut diikuti oleh sekitar 24 orang dan menjadi cikal bakal kompetisi Esports pertama di dunia. Sosok Bruce Baumgart berhasil memenangkan turnamen ini, meski hadiah yang didapat bukan berupa uang tunai, melainkan langganan majalah Rolling Stone selama satu tahun.
Dalam wawancaranya dengan Rolling Stone pada tahun 2016, Baumgart mengenang kembali pengalamannya mengikuti kompetisi Intergalactic Spacewar Olympics.
“Kumpulan bintang pada latar game adalah bintang sebenarnya dari Spacewar,” ungkap Baumgart dalam wawancara tersebut. “Saat memainkannya, kita tak lagi memikirkan tombol. Prosesnya sudah seperti ketika kita mengetik cepat. Maksudnya, kita cuma fokus menatap pesawat di layar sembari terus menggerakkannya ke arah manapun sesuai keinginan.”
Meski hadiah turnamen tersebut mungkin terkesan sederhana, turnamen Intergalactic Spacewar Olympics telah membuka jalan bagi kompetisi-kompetisi Esports yang lebih besar di masa depan, hingga akhirnya berkembang menjadi fenomena global seperti yang kita kenal sekarang.
BACA JUGA:Olimpiade Internasional Esports 2025 akan Digelar di Arab Saudi
Esports telah melampaui sekadar hiburan dan hobi. Kini, turnamen-turnamen besar menawarkan hadiah uang tunai yang menggiurkan, menarik perhatian jutaan penonton di seluruh dunia. Dengan semakin banyaknya turnamen, variasi game, serta dukungan dari berbagai kalangan, Esports terus tumbuh dan mengukuhkan posisinya sebagai cabang olahraga yang diakui secara internasional.
(Mahendra/Usk)