SUMUT, TEROPONGMEDIA.ID — Di saat masyarakat lain berduka saat kehilangan orang tua, di Tanah Batak justru ada satu prosesi kematian yang bisa berubah jadi perayaan megah yang diinisiasi dalam upacara Saur Matua.
Dalam adat Batak Toba, Saur Matua bukan sekadar pemakaman, melainkan bentuk penghormatan tertinggi bagi seseorang yang dianggap telah “menyelesaikan hidupnya dengan sempurna”.
Ritual ini tak bisa dilakukan sembarangan. Saur Matua hanya diperuntukkan bagi orang tua yang meninggal dalam keadaan lengkap secara adat, yakni sudah menikah, memiliki anak, cucu, bahkan cicit.
Semua anaknya juga harus sudah menikah. Jika tidak memenuhi syarat ini, upacara adat yang dilakukan memiliki nama dan prosesi berbeda, seperti Mauli Bulung, Saur Matua Sada, atau bahkan hanya disebut Mate Mangkar (Manullang et al., 2022).
Jejak Sejarah yang Kuat di Humbang Hasundutan
Saur Matua sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu oleh masyarakat Batak Toba, dan jejak praktik ini paling terjaga di kawasan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Seperti dicatat Manullang, Junaidi, & Harahap (2022), upacara ini bukan hanya menjadi bentuk penghormatan, tapi juga sarana pewarisan nilai sejarah dan struktur sosial Batak.
Dalam praktiknya, Saur Matua mengandung simbol-simbol yang penuh makna. Misalnya, prosesi penggotongan jenazah sambil marhobas (menari diiringi gondang sabangunan) bukan untuk hura-hura, tapi sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang dianggap “sempurna” dalam siklus hidupnya.
Rangkaian Proses Adat Saur Matua
Saur Matua bukan cuma soal pemakaman. Ini proses kompleks yang bisa berlangsung beberapa hari, tergantung status sosial dan keinginan keluarga. Berikut tahapan utamanya, menurut Sitinjak, Saputra, & Purnomo (2024):
Mangaranto
Persiapan awal sebelum acara dimulai, melibatkan pembentukan panitia adat, pengumpulan dana, dan konsultasi dengan penatua adat. Ini juga tahap penentuan lokasi, jumlah undangan, hingga siapa yang akan memainkan gondang.
Martonggo Raja
Rapat adat yang melibatkan raja adat (tokoh masyarakat Batak) dari pihak keluarga laki-laki dan perempuan. Di sini disepakati struktur upacara, siapa yang akan memimpin, hingga pembagian tugas dalam upacara.
Mamasumasu
Prosesi pemberian doa dan restu dari keluarga kepada jenazah. Biasanya dilakukan oleh anak-anak dan cucu, sebagai simbol bahwa generasi penerus siap meneruskan nilai-nilai hidup almarhum.
Mangulosi
Pemberian ulos kepada jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Ulos bukan sembarang kain—setiap motif dan jenisnya punya makna tersendiri. Misalnya, ulos ragi hotang dipakai sebagai tanda kasih sayang dan keabadian cinta.
Marhobas
Bagian paling mencolok dari upacara ini: jenazah digotong sambil menari, diiringi gondang Batak. Di sinilah nuansa “merayakan kehidupan” terasa, karena jenazah dianggap telah menuntaskan semua kewajibannya.
Panguburan
Proses pemakaman dilakukan secara adat dan penuh khidmat. Setelah penguburan, keluarga akan kembali ke rumah untuk acara pau-pau, yaitu penyampaian terima kasih kepada seluruh pihak yang hadir.
BACA JUGA
Misteri Buku Hitam Batak Mandailing: Pustaha Laklak yang Disembunyikan di Rumah Raja
Apple Posting Ratoh Jaroe, Tarian Seribu Tangan Tradisi Aceh
Lebih dari Sekadar Upacara Kematian
Menurut Sitinjak et al. (2024), Saur Matua mengajarkan nilai karakter dan pendidikan budaya: dari rasa hormat kepada orang tua, kerja sama antar saudara, hingga pelestarian musik dan simbol Batak. Di sisi lain, ritual ini juga memperkuat identitas masyarakat Batak di tengah globalisasi.
Namun seiring waktu, tantangan mulai muncul. Generasi muda Batak yang hidup di kota-kota besar mulai kehilangan pemahaman terhadap makna Saur Matua. Ada yang menganggap ritual ini boros, melelahkan, bahkan tak relevan.
Namun bagi masyarakat Doloksanggul dan sekitarnya, upacara Saur Matua adalah tanda akhir yang agung. Bukan tentang duka, tetapi tentang menyambut kematian dengan hormat. Karena di tanah Batak, ada hidup yang begitu layak untuk dirayakan, bahkan ketika ia telah usai.
Sumber:
Manullang, I. S., Junaidi, T., & Harahap, H. (2022). PEWARISAN SEJARAH MELALUI ADAT SAURMATUA DI DOLOKSANGGUL, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN, PROVINSI SUMATERA UTARA. Ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan, 9(1), 30.
Sitinjak, I. S. M., Saputra, M. A., & Purnomo, B. (2024). NILAI-NILAI KARAKTER UPACARA ADAT SAUR MATUA MASYARAKAT BATAK TOBA DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Krinok: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sejarah, 3(2), 13-28.
(Daniel Oktorio Saragih/Magang/Aak)