BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Artis sekaligus anggota DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, menyinggung soal kasus penjarahan yang menimpa dua rekannya sesama anggota dewan, Uya Kuya dan Eko Patrio.
Hal itu ia sampaikan saat hadir sebagai bintang tamu di podcast Curhat Bang Denny Sumargo yang tayang pada Jumat (5/9/2025).
Dalam perbincangan tersebut, Rieke menegaskan bahwa wakil rakyat harus memiliki hati untuk rakyat serta tanggung jawab bukan hanya pada publik, tetapi juga kepada Tuhan. Ia menilai, aksi penjarahan tidak bisa dibenarkan karena tidak mencerminkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Jangan di satu sisi selalu menggembar-gemborkan negara ini berketuhanan yang Maha Esa, tapi di sisi lain kita menormalisasi, mewajarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya itu tidak menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Rieke.
“Termasuk kemudian kita menganggap hal yang wajar atas terjadinya kekerasan bukan hanya oleh penyelenggara negara, tetapi juga penjarahan misalnya, itu tetap tidak bisa dibenarkan begitu,” tambahnya.
Soroti Kasus Uya Kuya
Rieke menyinggung kasus penjarahan rumah Uya Kuya yang sempat ramai dibicarakan. Ia mengakui gestur komunikasi Uya Kuya memang perlu dikritisi, namun hal itu tetap tidak bisa dijadikan alasan pembenaran penjarahan.
“Jangan sampai orang yang terindikasi bermain anggaran aman misalnya dengan segala bahwa ada salah gestur atau komunikasi oleh teman kita Mas Uya ya. Tapi kemudian terjadi penjarahan dan dianggap itu suatu yang wajar. Dia baru 10 bulan loh di DPR dan rumah itu bukan hasil dari DPR,” tegas Rieke.
Lebih jauh, pemeran Oneng dalam sitkom Bajaj Bajuri ini mengaku kehilangan sosok Uya Kuya yang kini tengah dinonaktifkan keanggotaannya di DPR.
Ia menilai Uya adalah mitra kerjanya di Komisi IX yang banyak berkontribusi dalam mengadvokasi kasus-kasus perdagangan orang dan isu kesehatan.
Bela Kinerja Eko Patrio
Selain Uya Kuya, Rieke juga menyinggung Eko Patrio yang kini statusnya turut dinonaktifkan. Menurutnya, meski ucapan dan gestur Eko perlu diperbaiki, ia mengenalnya sebagai sosok yang tulus.
“Mas Eko tentu saja interaksi kami sering karena saya anggota, Mas Eko wakil ketua sekarang dan lama kita di Komisi 6. Mas Eko itu tulus orangnya, memang konyol ya. Bukan untuk pembelaan, tentu gestur harus diperbaiki, cara komunikasi diperbaiki,” ungkapnya.
Rieke bercerita bagaimana Eko membantu perjuangan hak ganti rugi tanah milik komedian Mat Solar alias Bang Juri, serta beberapa kasus besar lain seperti mafia pangan, mafia timah, hingga perkara di Pertamina.
“Mas Eko tidak pernah membatasi kami bicara dalam persidangan, dia memberikan ruang begitu,” jelasnya.
Baca Juga:
Rieke Soal Kematian Diplomat RI Zetro: Anggaran Perlindungan Minim
Usai Amarah Massa Meluap, Rieke Wanti-wanti Perkataan DPR Tak Singgung Publik
Ingatkan Jangan Pukul Rata
Rieke Diah Pitaloka mengingatkan publik agar tidak serta-merta menggeneralisasi kasus ini. Menurutnya, ada banyak persoalan korupsi besar lain yang justru tidak menimbulkan reaksi serupa.
“Ada plus minusnya. Saya kira tidak bisa kemudian kita pukul rata. Sementara ada kasus-kasus korupsi besar lainnya, orangnya juga, saya enggak nyuruh orang menjarah rumah dia juga misalnya,” ujar Rieke.
Di akhir perbincangan, Rieke menyampaikan duka cita atas korban meninggal dalam aksi demonstrasi dan mengapresiasi 17+8 Tuntutan Rakyat. Ia bahkan mengutip pidato Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang menyinggung tentang definisi bangsa besar.
“Presiden Xi Jinping bilang bangsa yang besar itu adalah bangsa yang tidak bisa diintimidasi pihak luar. Saya ingin menambahkan, bangsa yang besar juga tidak bisa mengintimidasi rakyatnya sendiri,” ucap Rieke yang langsung diamini Denny Sumargo.
(Hafidah Rismayanti/_Usk)