BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pusat Data Nasional (PDN) sementara menjadi sasaran serangan malware jenis ransomware oleh penjahat siber, sejak tanggal 20 Juli 2024 lalu.
Peretasan ini tidak hanya mengancam data penduduk di laman pemerintahan dan kementerian, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi negara. Asisten Profesor dan Koordinator Program Magister Keamanan Siber Monash University Indonesia Dr. Erza Aminanto menjelaskan soal peretasan ini.
Apa Itu Ransomware yang Meretas PDN?
BACA JUGA: Diduga Ada Penyelewengan, Sahroni Minta APH Periksa Dana Anggaran PDN Rp700 Miliar
Ransomware adalah jenis malware yang dapat menyusup menyusup ke sistem komputer dan mengenkripsi data penting, sehingga pemilik data tidak dapat mengaksesnya kecuali membayar tebusan. Peretas sering mengirimkan ransomware melalui email yang tampak tidak mencurigakan, yang setelah dibuka, virus tersebut akan aktif dan mulai mencuri data.
Menurut Dr. Erza Aminanto, peretas memanfaatkan kerentanan manusia dan kemajuan teknologi untuk melakukan serangan ini. Setelah berhasil mencuri data, peretas mengunci akses korban dan meminta tebusan sebagai imbalan untuk mengembalikan data yang dienkripsi.
Dampak dari serangan ransomware sangat signifikan. Kerugian finansial yang diderita tidak hanya mencakup uang tebusan yang harus dibayar, tetapi juga biaya untuk pemulihan data dan perbaikan sistem. Selain itu, pemerintah juga harus mengeluarkan dana yang besar untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Serangan ini juga dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Data yang dicuri oleh peretas bisa digunakan untuk melakukan serangan lebih lanjut, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat dan negara.
Dr. Erza Aminanto juga memberikan contoh kasus yang terjadi di Inggris, serangan serupa pada awal Juni 2024. Serangan tersebut mengancam layanan kesehatan di beberapa rumah sakit dan pusat patologi, sehingga layanan donor darah terhenti selama beberapa hari. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan negara dengan sistem siber yang kuat pun tidak kebal terhadap serangan ransomware.
Pencegahan
Menurutnya, ada beberapa langkah untuk menguatkan data agar terhindar dari virus jahat bernama Ransomware, antara lain
1. Pencadangan Data
Salah satu langkah pencegahan yang disarankan adalah melakukan pencadangan data secara teratur. Data yang dicadangkan harus disimpan di lokasi terpisah dan dienkripsi untuk mengurangi risiko hilangnya data.
2. Redunansi
Redundansi adalah strategi penting untuk mengurangi risiko kegagalan sistem. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan perangkat keras ganda, penyimpanan awan (cloud), atau server cadangan yang siap beroperasi jika sistem utama gagal.
3. Membangun Pusat Pemulihan Data
Membangun Pusat Pemulihan Data atau data recovery center adalah langkah krusial lainnya. Pusat data ini harus memiliki infrastruktur yang setara atau lebih baik dari sistem utama untuk memastikan kelancaran operasionalnya.
4. Meningkatkan Kesadaran Ancaman Siber
Meningkatkan kesadaran akan ancaman siber di antara pemangku kepentingan adalah langkah penting lainnya. Hal ini termasuk pelatihan reguler untuk memastikan bahwa setiap orang yang terlibat dalam pengelolaan data memahami risiko yang ada dan cara mengatasinya.
Serangan ransomware terhadap PDN adalah pengingat akan kerentanan infrastruktur digital. Namun, dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan meningkatkan kesadaran akan ancaman siber, dapat memperkuat pertahanan dan mengurangi risiko serangan di masa depan.
(Saepul/Budis)