BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Aktivitas perdagangan di Pasar Baru Trade Center Kota Bandung kian terpuruk. Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung (HP2B), Iwan Suhermawan, menyebut jumlah pengunjung turun drastis hingga 70 persen dibanding masa normal sebelum pandemi.
Menurutnya, melemahnya daya beli masyarakat, ketatnya persaingan dengan platform e-commerce, hingga situasi politik nasional yang kurang stabil menjadi faktor utama penyebab sepinya pasar.
“Kondisi ekonomi negara memang sedang berat, ditambah persaingan dengan belanja online yang makin kuat. Pasar tradisional terpukul dua kali lipat,” kata Iwan, Jumat (12/9/2025).
Pasar Baru selama ini dikenal sebagai destinasi wisata belanja yang banyak dikunjungi wisatawan luar kota bahkan mancanegara, terutama dari Malaysia dan Singapura. Namun, kekhawatiran atas kondisi sosial-politik membuat jumlah wisatawan menyusut tajam.
Baca Juga:
Rupiah Ikut Tertekan Usai Prabowo Ganti Sri Mulyani, Pengamat: Pasar Wait and See
Penemuan Mayat di Pasar Baru Bandung, Pengurus HP2B Ucapkan Belasungkawa
“Pasar Baru ini hidup dari wisata belanja. Kalau situasi negara tidak kondusif, otomatis orang ragu datang, apalagi dari luar kota,” ungkapnya.
Saat ini Pasar Baru menampung sekitar 4.200 kios dengan tingkat keterisian 65 persen. Angka tersebut masih lebih baik dibanding pusat grosir lain seperti ITC (15 persen), Pasar Kosambi (10 persen), atau bahkan Tanah Abang di Jakarta (40 persen). Meski begitu, tren penurunan tetap terasa.
“Dulu saat long weekend pengunjung bisa membludak. Sekarang long weekend pun terasa biasa saja,” ujarnya.
Pihaknya menyambut baik rencana Pemkot Bandung untuk mereaktivasi Bandara Husein Sastranegara, yang dinilai dapat membuka kembali akses wisatawan mancanegara ke Bandung. Namun, Iwan juga menyoroti kebijakan operasional pasar yang dianggap membebani pedagang.
“Pengunjung ada, tapi tidak sebanding dengan biaya operasional. Untuk menggaji karyawan saja berat. Banyak pedagang bertahan hanya karena tidak ada pilihan lain,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)