BANDUNG, TEROPONGEDIA.ID — Bandara Kertajati yang sebelumnya digadang-gadang menjadi salah satu hub penerbangan terbesar di Indonesia, dikritik oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM).
KDM menganggap Bandara ini menjadi beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) provinsi, karena kondisinya yang sepi.
“Sudah dibangun besar-besaran, tapi sekarang seperti peuteuy selong — besar tapi kosong,” sindir Dedi dalam rapat bersama Forkopimda dan anggota DPRD Majalengka, dikutip Minggu (15/6/2025).
Dedi mengungkapkan pengelola Bandara Kertajati harus menanggung kerugian hingga mencapai Rp 60 miliar hanya dalam kurun waktu satu tahun. Kerugian tersebut disebabkan oleh pendapatan yang belum mampu menutupi biaya operasional dan perawatan bandara.
Ia juga menyampaikan selama tiga bulan pertama masa jabatannya sebagai gubernur, dirinya belum dapat mengambil langkah strategis. Meski begitu, ia menegaskan pentingnya segera menemukan solusi yang konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Anggaran kita terbatas, tapi setiap tahun harus tanggung biaya operasional yang tidak kecil. Ini harus dicari jalan keluar,” tegasnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendorong optimalisasi peran Bandara Kertajati sebagai pusat konektivitas antarwilayah.
Ia menilai bandara ini memiliki potensi yang besar dan akan terus dikembangkan ke depannya. Sebagai informasi, Bandara Kertajati merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mulai dibangun sejak 2015 dan resmi beroperasi pada Mei 2018, dengan total investasi sekitar Rp2,6 triliun yang bersumber dari APBN dan APBD.
Baca Juga:
Bey Inginkan Kereta Cepat Bandung-Surabaya Terkoneksi dengan Bandara Kertajati
Bandara Kertajati jadi Langganan Persib, Ini Sejumlah Keuntungannya
Saat ini, pengelolaan bandara berada di tangan BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yakni PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB). Meskipun telah beroperasi selama beberapa tahun, bandara ini kerap menuai kritik akibat minimnya aktivitas penerbangan dan rendahnya jumlah penumpang.
Dedi pun berharap adanya kolaborasi yang solid antara pemerintah pusat dan daerah untuk mengoptimalkan fungsi Bandara Kertajati, agar tidak terus menjadi beban keuangan daerah.
(Virdiya/_Usk)