BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gangguan internet global akibat proses pembaruan perangkat lunak CrowdStrike, berdampak pada sejumlah sistem di rumah sakit, maskapai penerbangan, hingga komputer yang melayani kepentingan publik.
Dampaknya sangat luas, sampai-sampai sejumlah maskapai penerbangan harus menghentikan penerbangan untuk sementara waktu. Operator 911 juga tidak bisa merespon keadaan darurat, sampai sejumlah rumah sakit juga harus membatalkan jadwal operasi mereka.
Kronologi
Kekacauan benar-benar terjadi hampir di seluruh dunia pada Jumat (19/7) saat CrowdStrike, perusahaan yang berbasis di Austin, Texas membuat perangkat lunak yang bisa digunakan oleh perusahaan multinasional, lembaga pemerintahan, hingga sejumlah organisasi dengan tujuan melindungi diri dari serangan hacker.
Masalah dimulai saat CrowdStrike mengirim pembaruan perangat lunak yang disebut Falcon Sensor. Tak berapa lama, ketika pengguna menjalankan Microsoft, hal ini menyebabkan mesin mati dan melakukan boot berulang kali tanpa henti.
Pekerja di seluruh dunia disambut dengan apa yang dikenal dengan sebutan ‘blue screen died’ di komputer mereka. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya pengujian di CrowdStrike.
Berbagai masalah muncul seketika, di Bandara Sydney para penumpang mengalami penundaan dan pembatalan. Hal ini juga terjadi di Hong Kong, India, Dubai, Berlin, hingga Amsterdam.
Bahkan, lima maskapai penerbangan AS, Allegiant Air, American, Delta, Spirit and United harus menghentikan semua penerbangan untuk sementara waktu.
United Parcel Service dan FedEx juga terkena dampaknya. Pelanggan TD Bank juga melaporkan masalah dalam mengakses rekening online mereka.
Akibat inisden ini, harga saham CrowdStrike turun 11 persen akhir pekan ini.
CrowdStrike Siap Tanggung Jawab
CEO CrowdStrike, George Kurtz, menyebut perusahaannya bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Mereka juga akan memperbaiki perangkat lunak yang telah dirilis. Dia juga memperingatkan bahwa mungkin perlu waktu unnutk memeperbaiki teknologi ini agar bisa kembali normal.
“Kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, dan siapapun yang terkena dampak ini,” kata dia.
Di sisi lain, CEO Microsoft Satya Nadella, juga menyalahkan CrowdStrike dan menyebut perusahaannya saat ini terus berupaya membantu pelanggan.
“Menghadirkan sistem kembali online,” kata dia. Sementara itu Apple dan Linux tidak terpengaruh oleh pembaruan perangkat ini.
CrowdStrike sedikitnya membutuhkan waktu lima hari untuk memperbaiki semua sistem yang telah rusak ini. Mereka juga berjanji akan meningkatkan pengujian di masa depan.
Mantan Kepala Eksekutif Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris dan Profesor di Sekolah Pemerintahan Blavatnik di Universitas Oxford, Ciaran Martin, mengatakan kejadian ini memperlihatkan bahwa infrastruktur internet dunia ternyata sangat rapuh.
“Ini adalah gambaran yang sangat, sangat tidak mengenakkan mengenai kerapuhan infrastruktur inti internet dunia,” kata dia, melansir New York Times.
BACA JUGA: Gawat, Windows Blackout Lumpuhkan Bank, Bandara, dan Lainnya di Seluruh Dunia!
Skala kerusakan yang disebabkan sangat luas. Sampai menyebabkan pertanyaan bagaimana perusahaan tersebut melakukan pengujian kode sebelumnya.
(Kaje/Usk)