BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Badan Pengelola Invesatsi (BPI) Danantara dan Indonesia Investment Authority (INA) menjalin kerjasama strategis dengan perushaan tambang asal Prancis Eramet untuk mengembangkan ekosistem nikel. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan hilirisasi nikel dalam negeri.
Kerjasama ini dicapai usai agenda kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada 27-29 Mei 2025. Kerjasama strategis ini pun ditandatangani di Istana Nergara Jakarta pada Rabu 28 Mei, yang disaksikan langsung oleh Presiden Macron dan Presiden Prabowo.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir menjelaskan, kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem nikel yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik secara berkelanjutan dan terintegrasi di Indonesia.
“Kemitraan ini mencerminkan komitmen ketiga pihak untuk mendorong investasi hilirisasai nikel kelas dunia di Indonesia yang merupakan salah satu pilar utama dalam memperkuat daya saing industry nasional,” kata Pandu dalam keterangannya, Sabtu (31/5/2025), seperti dikutip dari Antara.
Pandu menjelaskan bahwa dalam kerjasama ini, Danantara dan INA berkontribusi untuk mengelola pembiayaan jangka Panjang dalam mendukung pengembangan investasi.
Sementara itu, Eramet berkontribusi melalui keahlian teknis dan pengalaman dalam menjalankan Proyek tambang skala besar sesuai dengan standar Internasional.
Baca Juga:
Tangkal Kampanye Negatif, Industri Nikel RI Buat Standarisasi Global
Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menegaskan, kerjasama ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat rantai pasok dan hilirisasi mineral penting di Indonesia, khususnya nikel.
Ia menambahkan bahwa sinergi ini mencerminkan komitmen kolektif untuk membangun fondasi industri bernilai tambah di dalam negeri, serta mendorong masuknya investasi berkualitas ke sektor strategis nasional.
Chief Executive Officer (CEO) Eramet Group Paulo Castellari menyambut baik inisiatif kerjasama ini. “Kami telah meninjau berbagai peluang untuk berpartisipasi dalam rantai baterai EV berbasis nikel di Indonesia, dan menyambut baik inisiatif ini,” terang Castellari.
Ia juga menyampaikan bahwa Eramet telah berkontribusi dalam pengembangan industri nikel di Indonesia sejak 2006. Eramet menjalankan operasional tambang nikel yang berada di Weda Bay, Maluku, salah satu Cadangan nikel terbesar di Indonesia.
Eramet juga bermitra dengan Badan Geologi untuk memulai studi dan eksplorasi mineral kritis Pada 2024, untuk mendukung target transisi energi nasional.
(Raidi/Aak)