BANDUNG, TM.ID: Keracunan massal kembali menggemparkan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, setelah 21 siswa SDN 1 dan SDN 2 Cimereng, Padalarang, mengalami mual dan muntah hingga pusing usia mengonsumsi yoghurt, Rabu (11/10) kemarin.
Padahal sebelumnya di akhir September lalu kasus serupa juga terjadi. Sebanyak 35 orang siswa SDN Jati 3, Saguling, KBB keracunan jajanan cimin yang disebabkan terpapar bakteri Bacillus cereus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi meminta pemerintah daerah untuk mulai meningkatkan pengawasan, serta mereaktivasi kembali Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk meminimalisit supaya kejadian serupa tidak lagi terulang.
“Mengenai cimin, hasil dari Labkes menunjukkan bukan karena zat beracun, tapi akibat bakteri. Ini menandakan ada pencemaran. Mungkin (makanan) tidak ditutup. Proses pengolahan makanan ini yang harus kita awasi. Kasus yoghurt juga sama, kemungkinan disebabkan pencemaran. Makanya kami mendorong agar UKS, penguatan kantin sehat diperkuat kembali. Anak-anak butuh keamanan,” ujarnya kepada Teropong Media, Jumat (13/10/2023).
BACA JUGA: Puluhan Siswa di Bandung Barat Keracuan Yogurt, Polisi Kantongi Data Penjual
Sebab menurutnya, hal ini merupakan persoalan serius yang harus ditindaklanjuti oleh pemerintah kota/kabupaten. Melalui edukasi dan sosialisasi, memastikan para pedagang khususnya di lingkungan sekolah untuk memerhatikan bahan baku dan hasil olahan dengan memastikan higienitasnya ketika dijajakan.
Vini meminta, seluruh kota/kabupaten di Jawa Barat untuk mulai memerhatikan masalah ini, dengan memberikan fasilitas berupa edukasi dan sosialisasi. Bagaimana mengolah dan menjaga higenitas produk makanan yang dijajakan di sekolah.
“Misal, pengolahan makanan kita berikan dulu pelatihan. Termasuk pengemasan. Mangga (berjualan), tapi kasih tahu zat beracun apa saja. Harus lihat expired sebelum mengolah. Ketika sudah diolah, ditutup. Ini yang kita ingatkan kembali ke kota/kabupaten untuk menindaklanjutinya,” ucapnya.
BACA JUGA: 3 Orang Meninggal dan Puluhan Orang Jadi Korban Keracunan Sate Jebred di Garut
Dia pun berharap, dengan pengawasan dan edukasi melalui reaktivasi UKS oleh sekolah yang didukung pemerintah kota/kabupaten, mampu memberi rasa aman terhadap masyarakat kepada anak mereka di lingkungan sekolah.
“Mungkin karena sudah lama enggak sekolah (akibat pandemi Covid-19), (pengawasan) agak longgar. Ini jadi komitmen bersama, mengingatkan kembali kepada UKS sekolah untuk kembali berperan,” tutupnya.
(Dang Yul/Masnur)