BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Viral di media sosial kabar mengenai Goa Safarwadi (juga terkenal sebagai Goa Pamijahan) di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, yang konon katanya bisa menjadi jalur alternatif menuju Mekkah.
Kabar ini menarik perhatian banyak orang dan memicu perdebatan. Benarkah klaim tersebut? Mari kita telusuri fakta-fakta di balik misteri Goa Pamijahan.
Sejarah Goa Pamijahan
Goa Pamijahan terletak di kaki Gunung Mujarod, yang dinamai berdasarkan aktivitas Syekh H. Abdul Qadir Djaelani, seorang tokoh agama yang terkenal dengan ketaqwaannya.
Menurut NU Jabar, goa ini merupakan tempat Syekh H. Abdul Qadir Djaelani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya, Imam Sanusi.
Goa ini juga sebagai tempat Syekh H. Abdul Qadir Djaelani mendekatkan diri kepada Allah SWT. Legenda menyebutkan penemuan goa ini bermula dari perintah gurunya untuk menanam padi sebagai penanda lokasi.
Syekh H. ‘Abdul Muhyi kemudian berhasil menanam padi di lokasi tersebut, menandai keberadaan Goa Pamijahan.
BACA JUGA : Viral Guru Gandeng Tangan Hadapi Demo Siswa, Ternyata Bukan Suami Istri!
Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat sekitar meyakini beberapa hal terkait Goa Pamijahan:
- Peci Ajaib: Sebuah peci yang tersimpan di dalam goa dapat membawa pengunjung ke tanah suci jika ukuran kepalanya pas dengan peci tersebut.
- Air Zam-zam Pamijahan: Goa Safarwadi memiliki mata air jernih yang disebut “air zam-zam Pamijahan,” yang membawa keberkahan dan sering dibawa pulang oleh pengunjung.
Fungsi Goa Pamijahan Sepanjang Sejarah
Goa Pamijahan memiliki fungsi yang berbeda di berbagai periode:
- Masa Syekh H. Abdul Qadir Zaelani & Syekh H. ‘Abdul Muhyi: Tempat pertemuan para wali, dengan lorong-lorong yang konon menghubungkan ke Banten, Cirebon, Surabaya, dan bahkan Mekkah. Goa ini juga berfungsi sebagai tempat ibadah, pendidikan (dengan perpustakaan), dan tempat bersemedi (Tajrid dan Taqarrub).
- Masa Setelah Syekh H. ‘Abdul Muhyi: Goa Pamijahan berfungsi sebagai tempat mengenang perjuangan para wali dan sebagai tempat mendekatkan diri kepada Allah. Mata air “air zam-zam Pamijahan” tetap menjadi daya tarik utama.
(Hafidah Rismayanti/Aak)