BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Menjelang 100 hari masa kepemimpinan Farhan-Erwin, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, akui telah melakukan berbagai langkah solutif bersama Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, dalam menangani persoalan sampah di Kota Bandung.
Erwin juga menyebut upaya penanganan sampah dilakukan secara bertahap dan sistematis, mulai dari penataan program berbasis masyarakat hingga pengaktifan kembali teknologi pengolahan sampah.
Salah satu inisiatif baru yakni penggantian Program Pemberdayaan Keluarga (PPK) dengan program Prakarsa, yang telah dijalankan di 126 RW sepanjang tahun ini.
Baca Juga:
Jelang 100 Hari Kerja, Erwin Akui Penanganan Banjir di Kota Bandung Belum Optimal
Temukan Penjual Minol di Kota Bandung, Laporkan ke Siaga 112
“Kalau bicara 100 hari, kami sudah melakukan banyak hal. Salah satunya, program Prakarsa yang sudah berjalan di 126 RW,” kata Erwin, Sabtu (31/5/2025).
Program tersebut bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah mandiri di tingkat RW. Pelibatan warga secara langsung, kata Erwin, menjadi kunci menciptakan lingkungan bersih dan bebas sampah.
Erwin juga menyebut telah menangani sejumlah titik kumpul (tikum) sampah dari total 136 titik, sebagian besar telah dibersihkan dan ditangani.
“Alhamdulillah, sebagian besar tikum sudah teratasi. Tapi kalau masih ada laporan dari warga, kami siap turun langsung,” ucapnya.
Dalam aspek teknologi, Pemkot Bandung juga telah mengaktifkan tujuh unit insinerator di Tempat Pembuangan Terpadu (TPT), dari total target 300 unit. Sebanyak 15 unit tambahan direncanakan menyusul.
Erwin juga menyampaikan sebanyak 400 ton sampah berhasil diolah melalui program Kawasan Bebas Sampah (KBS) dan insinerator. Namun, sekitar 144 ritase sampah masih dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Program KBS disebut menjadi ujung tombak dalam menciptakan lingkungan mandiri dan bersih. Tahun ini, Pemkot menargetkan 700 titik KBS berbasis RW.
Erwin juga menyoroti potensi ekonomi dari pengelolaan sampah, salah satunya melalui teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF).
“Di RW 7 Sukajadi, sudah ada yang bisa menjual RDF sebagai sumber penghasilan. Kalau 30 persen masyarakat bisa seperti itu, saya yakin semua bisa,” ujarnya.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Tapi jika warga ikut bergerak, RW kuat, dan teknologi kami tingkatkan, insya Allah Bandung bisa bebas sampah,” pungkasnya.
(Kyy)