BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Belakangan ini, sebuah unggahan di media sosial mengundang perhatian luas dari publik. Dalam video yang dibagikan oleh akun Instagram @grassroot.id, terlihat seorang pria yang diduga merupakan anggota TNI tengah diamankan oleh tiga orang polisi. Di samping wajah pria tersebut, terlihat sebuah Kartu Tanda Anggota (KTA) TNI atas nama “Handika Novaldo” dengan pangkat pratu.
Selain itu, beredar pula sebuah foto yang memperlihatkan Kartu Izin Senjata Penugasan atas nama Mayor Infanteri Sudi Suwarno. Dalam unggahan yang ramai dibicarakan itu, kartu izin tersebut tampak difoto bersama sosok yang diduga pemiliknya saat sedang diamankan oleh pihak kepolisian.
“Penyusup adalah bagian dari mereka. Mereka ingin mengkambing hitamkan kita dan menaikan status darurat militer. HATI-HATI PROVOKAS!!,” tulis keterangan dalam unggahan @grassroot.id, Minggu (31/8/2025).
Unggahan itu langsung memancing beragam tanggapan dari warganet. Beberapa akun turut menyampaikan pendapat berbeda-beda, termasuk dugaan adanya pihak penyusup dalam aksi unjuk rasa di depan Mako Brimob, Depok.
“Segala macam jenis Intel sudah turun. Baik dari polri ataupun dari TNI. Tetap yang jadi korban yang rakyat lagi,” tulis akun @petir*****.
“Ahhhh sama aja dari Intel polri juga ada yg memprovokasi untuk caos kok,” kata akun @rizki*******.
“Halah itu paling buatan. Kalo yang ngelindas ojol sama mukulin itu baru fakta,” tulis akun @anindyaa**********.
“Padahal adu domba itu dosa, mereka tidak takut tuhan lebih takut atasan,” ujar akun @cac*******.
“Ada 2 kemungkinan, bisa jadi mereka jengah dengan pemerintahan, atau mereka memang ingin provokasi,” komentar akun @risan*******.
Menanggapi isu viral yang menyebut dua oknum TNI sebagai provokator, TNI Angkatan Darat memberikan pernyataan resmi. Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, menegaskan kabar tersebut tidak sesuai dengan fakta.
“Saya sudah cek ke jajaran Kodam Jaya/Jayakarta, sesuai hasil komunikasi dan pengecekan dengan sumber dari internal Korbrimob,” kata Wahyu, dikutip Minggu (31/8/2025).
Hasil pengecekan menunjukkan lokasi kejadian dalam video berada di dalam kompleks Brimob, Kelapa Dua, Depok.
“Lokasi tersebut adalah area terbatas, dalam aksi unjuk rasa tidak ada penangkapan pengunjuk rasa dari unsur TNI,” ujarnya.
Wahyu memberikan penjelasan lebih lanjut video yang beredar bukanlah peristiwa penangkapan, melainkan bagian dari skenario latihan yang telah dilakukan sebelumnya.
“Rekaman dalam video tersebut merupakan bagian dari latihan dalam rangka persiapan menerima kunjungan polisi dari Turki yang berlangsung bulan lalu,” jelasnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang tidak jelas sumbernya. “Saya berharap semua pihak dapat menjaga situasi tetap kondusif dan tidak langsung mempercayai informasi atau konten yang beredar tanpa terlebih dahulu mengonfirmasi kepada pihak berwenang,” ujarnya.
Baca Juga:
Sahroni Minta Maaf Tapi Ogah Pulang ke Indonesia, Takut Didemo?
Imbas Demo, Madrasah Negeri-Swasta Jakarta Belajar Online Pada 1 September
Selain membantah tudingan yang beredar, Wahyu menekankan TNI turut dikerahkan untuk membantu mengendalikan aksi-aksi anarkis di beberapa lokasi. Menurutnya, hal ini penting karena fasilitas umum yang menjadi sasaran perusakan bukan hanya milik pemerintah, tetapi juga digunakan oleh masyarakat luas.
“Fasilitas-fasilitas tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan tidak ada hubungannya dengan isu yang diangkat dalam unjuk rasa,” tambah Wahyu.
(Virdiya/Aak)