BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus menggalakkan upaya peningkatan konsumsi pangan lokal di berbagai daerah sebagai langkah strategis memperkuat ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal.
Salah satu fokusnya adalah sorgum, pangan khas Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki nilai gizi tinggi dan potensi besar untuk kesejahteraan masyarakat.
Kepala Biro Organisasi SDM dan Hukum Bapanas, Rachmad Firdaus, menegaskan pentingnya memanfaatkan keanekaragaman pangan lokal.
“Pangan lokal seperti sorgum di NTT harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sorgum memiliki nilai gizi tinggi dan layak dimasifkan untuk konsumsi masyarakat, terutama di NTT,” ujarnya melansir Antara, Minggu (1/12/2024).
Rachmad juga menekankan bahwa gerakan penganekaragaman pangan harus disertai dengan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
“Gerakan ini bertujuan agar masyarakat semakin memahami pentingnya pola makan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) untuk kehidupan yang sehat dan berkelanjutan,” katanya.
Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, menyatakan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi NTT terhadap inisiatif ini.
“Pemanfaatan sorgum tidak hanya mendukung perekonomian petani lokal, tetapi juga menjaga kesehatan masyarakat. Kami berharap gerakan ini dapat menjadi inspirasi nasional,” kata Andriko.
Menurut Andriko, ketahanan pangan berbasis sorgum juga berpotensi menciptakan generasi yang sehat, aktif, dan produktif. Dengan memanfaatkan pangan lokal, NTT dapat menjadi contoh daerah yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan.
BACA JUGA: Bapanas: Anggur Impor Wajib Beri Keterangan ‘Cuci Sebelum Dikonsumsi’
Plh. Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Rinna Syawal, mengungkapkan pentingnya memperkenalkan sorgum kepada generasi muda.
“Kampanye ‘Kenyang Gak Harus Nasi’ bertujuan menunjukkan bahwa sorgum adalah sumber pangan bergizi tinggi dan bisa menjadi alternatif nasi,” jelasnya.
Sebagai bagian dari kampanye ini, acara di Pulau Semau melibatkan 1.000 peserta, termasuk 900 murid dari tingkat SD hingga SMA, serta 100 murid SLB dan panti asuhan.
Dalam acara tersebut, peserta diperkenalkan pada konsep B2SA melalui dongeng kreatif dan disajikan 1.000 menu berbasis sorgum sebagai sarapan sehat.
Rinna juga menjelaskan bahwa program edukasi ini diperluas melalui inisiatif B2SA Goes to School (BGtS). Pada tahun 2023, program ini telah menjangkau 128 sekolah di 32 provinsi. Untuk tahun 2024, targetnya meningkat signifikan, dengan rencana menjangkau 380 sekolah di 38 provinsi dan melibatkan sekitar 95 ribu murid.
“Kami menggandeng pihak sekolah untuk memperluas edukasi tentang pentingnya pangan sehat berbasis lokal. Target kami adalah menjadikan generasi muda lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat dan seimbang,” pungkas Rinna.
(Budis)