BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kerusuhan di Inggris merupakan buntut penikaman tiga anak di Southport, Merseyside, Senin (29/7/2024). Kerusuhan itu disebut-sebut didalangi oleh sayap kanan ekstrem, yang menyebarkan rumor palsu bahwa pelaku penikaman adalah imigran Muslim.
Karena rumor ini, pedemo di sejumlah wilayah Inggris menargetkan pencari suaka hingga komunitas Islam dan masjid. Mereka melempari masjid dengan batu, menyerang imigran, dan membakar sejumlah fasilitas publik.
Padahal, polisi telah mengidentifikasi pelaku penikaman sebagai pemuda 17 tahun yang berasal dari Banks, Lancashire, sekitar 8 kilometer dari lokasi serangan. Pelaku merupakan kelahiran Cardiff, kota terbesar negara bagian Wales, Inggris.
Apa itu sayap kanan ekstrem Inggris?
Melansir laman resmi pemerintah Inggris, sayap kanan ekstrem adalah orang-orang yang menggunakan kekerasan untuk mendukung ideologi mereka.
Ideologi ini secara umum dapat dicirikan sebagai Nasionalisme Budaya, Nasionalisme Kulit Putih, dan Supremasi Kulit Putih.
English Defence League (EDL) oleh Kepolisian Merseyside dikaitkan dengan protes keras di Southport, sejauh ini belum ditetapkan sebagai sayap kanan ekstrem.
Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper baru akan “meneliti”nya untuk ditetapkan sebagai ekstremis atau tidak.
Melansir Sky News, EDL didirikan pada 2009 dan mengalami masa kejayaannya pada 2011. Kelompok ini terbentuk di London, sekitar firma hooligan sepak bola yang memprotes kehadiran kelompok Islam di Luton.
Tommy Robinson atau yang memiliki nama asli Stephen Yaxley-Lennon, adalah pemimpin kelompok tersebut.
Ia merupakan mantan anggota Partai Nasional Inggris (British National Party/BNP) yang pernah dipenjara karena kasus penyerangan.
Secara ideologis, kelompok ini berhaluan paling kanan dalam politik Inggris. Mereka menolak gagasan bahwa umat Muslim bisa benar-benar menjadi orang Inggris dan menuding Islam sebagai ancaman terhadap nilai-nilai Eropa.
EDL juga menyalahkan tingginya angka imigran sebagai akibat dari penurunan “budaya Inggris”. Kelompok ini membedakan dirinya dari kelompok sayap kanan tradisional dengan merangkul orang-orang Yahudi, Sikh, dan LGBTQ.
Kelompok ini mengusung slogan “tidak rasis, tidak melakukan kekerasan, hanya saja tidak lagi diam” dan mengklaim diri sebagai pembela kelas pekerja kulit putih. Pada 2010 dan 2013, pamor kelompok ini dan BNP menurun drastis di kancah politik Inggris.
Kelompok ini pernah terungkap memiliki hubungan dengan aktivis sayap kanan Norwegia Anders Behring Breivik, pelaku serangan bom dan penembakan pada Juli 2011 yang menewaskan 77 orang.
Kemudian, Desember 2011, dua pendukung EDL juga dihukum karena berencana mengebom sebuah masjid di Stoke-on-Trent.
Pada 2013, Robinson akhirnya meninggalkan organisasi itu di tengah kekhawatiran bahwa dia tak bisa mengendalikan pengikut kelompok yang terlampau ekstrem.
Meski secara resmi organisasi ini dianggap sudah tak ada lagi, namun sentimen yang disulut pendukung EDL tetap ada.
Pendukungnya tampak menonjol dalam kerusuhan di Southport usai bentrok dengan polisi di luar sebuah masjid pada Selasa malam.
BACA JUGA: Kericuhan Terjadi Usai Penikaman Massal Kelas Tari Taylor Swift!
Berdasarkan Undang-Undang Terorisme tahun 2000, Menteri Dalam Negeri dapat melarang suatu organisasi jika berkaitan dengan terorisme.
Berdasarkan undang-undang tersebut, terorisme berarti penggunaan atau ancaman tindakan yang melibatkan kekerasan serius terhadap seseorang, kerusakan serius terhadap harta benda, membahayakan kehidupan seseorang atau menciptakan risiko terhadap kehidupan untuk memengaruhi pemerintah atau mengintimidasi masyarakat.
Ini termasuk tindakan kekerasan yang dilakukan untuk memajukan tujuan politik, agama, ras, maupun ideologi tertentu.
(Kaje/Budis)