BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Agung Yansusan, menyatakan dukungannya terhadap aksi Global March to Gaza, sebuah gerakan solidaritas internasional yang bertujuan menyuarakan penderitaan rakyat Palestina dan menyerukan penghentian kekerasan di Jalur Gaza.
Menurut Agung, aksi seperti ini merupakan bentuk usaha kolektif masyarakat dunia untuk membuka mata dunia internasional atas situasi kemanusiaan yang tengah terjadi.
“Gerakan ini ingin membuktikan sebuah tesis yang populer: no viral, no justice. Ketika sesuatu diviralkan, harapannya keadilan bisa datang. Dan Global March ini adalah cara untuk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa ada saudara-saudara kita yang sedang dizalimi,” ujar Agung saat diwawancarai Teropongmedia, Sabtu (29/6/2025).
Ia menambahkan bahwa besar atau kecil dampaknya, aksi ini sudah berhasil menggugah kesadaran banyak pihak, termasuk di Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai kendala teknis seperti penolakan masuk ke wilayah Mesir, Agung menilai semangat perjuangan yang dibawa dalam aksi ini patut diapresiasi.
“Saya mendukung penuh. Pendekatan seperti ini penting dilakukan agar kemerdekaan Gaza bisa segera terwujud. Dan saya titip ke teman-teman media, jangan lelah untuk terus memberitakan isu Gaza. Ini belum selesai,” tegasnya.
Terkait maraknya seruan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel, Agung menilai hal itu sebagai dinamika yang wajar dalam konteks konflik global saat ini. Menurutnya, boikot bukanlah bentuk permusuhan terhadap entitas bisnis, melainkan sebagai pengalihan preferensi konsumen ke produk lokal yang lebih berdaya saing.
“Perang boikot ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara lain, bahkan terjadi pemboikotan terhadap selebritas dan politisi yang mendukung Palestina. Ini bisa dikatakan sebagai perang tanpa darah,” katanya.
Baca Juga:
Agung Yansusan Dorong Produk Lokal Mendunia
Agung Yansusan Soroti Minol Ilegal dan Tramadol Dijual Bebas di Warung
Agung menegaskan bahwa boikot yang dilakukan secara kolektif dapat berdampak signifikan, terutama mengingat besarnya populasi masyarakat Indonesia.
“Boikot mungkin terlihat sepele, tapi jangan lupakan kekuatan masyarakat kita yang besar. Ini bukan soal menjatuhkan bisnis, tapi tentang memperkuat solidaritas dan keberpihakan pada kemanusiaan,” tandasnya.
(Virdiya/Budis)