BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatakan, bahwa rumah sakit di Gaza akan kehabisan bahan bakar dalam tiga hari kedepan.
Situasi ini tentunya akan semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang terjadi di wilayah konflik tersebut.
Keadan yang sangat mengkhawatirkan ini disebabkan oleh pengawasan yang dilakukan Israel di perbatasan, sehingga menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, bahwa pasokan bahan bakar yang telah diperkirakan akan diizinkan masuk ke Gaza oleh PBB telah diblokir pihak Israel.
Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan bahan bakar, sehingga rumah sakit di Gaza hanya memiliki pasokan yang cukup untuk tiga hari ke depan.
Melansir Al Jazeera Rabu (15/5/2024), saat ini situasi yang sedang terjadi di Rafah sangat mengkhawatirkan, dimana rumah sakit utama, Al-Helal Al-Emairati, berhenti menerima pasien karena kekurangan bahan bakar.
Rumah sakit tersebut menangani hampir separuh kelahiran di Gaza, kini hanya menyisakan beberapa fasilitas lain untuk memberikan perawatan medis.
Bantuan Medis untuk Palestina (MAP), Marwan Homs, kepala Rumah Sakit Abu Youssef al-Najjar di Rafah, menyampaikan bahwa rumah sakit tersebut tidak lagi beroperasi.
Sebab semua staf telah diperintahkan untuk mengungsi. Dia juga menjelaskan jika Rumah Sakit Abu Youssef al-Najjar di Rafah berhenti beroperasi, maka sistem kesehatan di wilayah tersebut hanya dapat mengandalkan beberapa fasilitas lain. Termasuk yang ada di Rumah Sakit Kuwait yang memiliki kapasitas sekitar 16 tempat tidur.
Sebanyak 1,4 warga Palestina terpaksa tinggalkan rumah
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin diperburuk oleh fakta bahwa lebih dari 1,4 juta warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah utara, serta banyak di antara mereka kini mencari perlindungan di tenda-tenda dan tempat tinggal sementara.
BACA JUGA: Peringatan Nakba, 3.000 Warga Palestina Minta Perang Gaza Dihentikan!
Para pengungsi ini kesulitan mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan.
WHO mengeluarkan peringatan saat Israel semakin mengencangkan kendali mereka di Gaza, dengan pasukan militer yang menguasai perbatasan di Rafah.
Tindakan Israel ini tidak hanya menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan, tetapi juga menyerang fasilitas medis dan pendidikan di wilayah tersebut.
Badan pengungsi PBB, UNRWA, melaporkan bahwa lebih dari 50 ribu orang telah meninggalkan Rafah sejak operasi militer Israel dimulai, dengan rata-rata 200 orang telah meninggalkan wilayah tersebut setiap jamnya.
(Dist)