BANDUNG,TM.ID: Chief Executive Officer (CEO) tvOne, Taufan Eko Nugroho mendukung penggunaan kececrdasaan buatan atau artifisial intelegen (AI) di dunia media indonesia.
Taufan menyebut potensi AI di masa sangat cerah, selain membantu mempercepat dalam urusan pekerjaan, AI juga membantu menganalisa serta mempertajam informasi.
Diketahui, tvOne merupaka televisi (TV) mainstream pertama yang meluncurkan berita-berita dengan support AI (Artificial Intelegence) terutama di Indonesia dan ASEAN.
“Kami ausah mukai mengimplementasikan di dalam organisasi kamu. Contoh seserhana, kalau si TV itu biscara rating dan share aetiap hari. Sekarang kami memasukan data-sata itu ke ‘machine learning’ kami,” ucap Taufan saat menjadi salah satu pembicara di acara seminar Kongres XXV PWI Tahun 2023 dengan tajuk “Teknologi AI terhadap Perkembangan Profesi Wartawan” di Hotel El Royale, Kota Bandung, Senin (25/9/2023).
BACA JUGA: Siskaee di Film Porno Produksi Jaksel Melenceng dari Skrip, Tapi Menjiwai?
Taufan juga memperlihatkan penggunaan AI dengan membuat avatar atau human digital presenter yang menyerupai dirinya, tidak hanya dalam satu bahasa saja melainkan dengab 3 bahasa, mulai dari bahasa Rusia, China dan India.
“Di dunia saingan kita ini hanya India, jadi kita adalah dua negara yang sedang bersinergi bersama dengan mengembangkan teknologi ini,” kata dia.
Taufan mengungkapkan alasan mengapa televisinya masuk ke teknologi AI, salah satunya karena diawal tahun 2023 mereka melihat salah satu isu besar seolah-olah Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ditangkap oleh kepolisian.
“Disitu kami melihat sebagai TV mainstream media di Indonesia di berita kita hharus berperan disini kita ga bisa ga berperan disini karena fake news ini banyak sekali nantinya kalau kita tidak memberikan edukasi kepada masyarakat, masyarakat akan mudah sekali terprovokasi dan melihat berita-berita yang dibuat teknologi AI,” katanya.
“Ini kenapa kami tanggal 21 April yang lalu setelah diskusi kita putuskan launching AI tujuan pertamanya karena fake news ini akan banyak dimana-mana, jadi harus ada media mainstream yang mengkonfirmasi ini fake atau tidak juga memberikan edukasi ke masyarakat bagaimana menghadapi AI dan sebagaimana,” sambungnya.
Termasuk kepada pemerintah bagaimana meregulasi AI sehingga lebih tertib dalam penggunaannya. “Hanya media mainstream yang memiliki disiplin verifikasi verifikasi yang ketat dan disini peranan tentunya PWI yang memiliki aturan yang jelas dalam memberikan ingormasi,”katanya.
Sedangkan Ahlu Pers PWU Pusat, Agus Sudibyo, mengatakan AI tidak hanya membawa kabar gembira tapi juga membawa ancaman.
“Kalau kita ligat dalam konteks industri media, kita memang dalam situasi yang ambigu dalam situasi yang penuh dengan dualisme ini kabar gembira atau kabar yang memprihatinkan,” kata Agus
Berdasarkan kutipan hasil riset The Cenyer for Media Transition, The Impact of Digital Platforms on News And Journalistic Content tahun 2018 di Australia, Agus mengungkapkan bahwa untuk membaca berita hari ini ketidak pastian menjadi sesuatu yang pasti.)
“Disrupsi menjadi norma dan perubahan terjadi secara konstan maka hasilnya adalah efek-efek yang membingungkan atau respon yang membingungkan karena di satu sisi internet, AI itu memberikan keuntungan, memberikan oportunities, memberikan harapan-harapan yang baru (tapi) disaat yang sama kita menghadapi tantangan ancaman kerugian dan lain-lain,”ucaonya.
“Jadi AI sebelumnya ada fenomena internet of everythings itu membingungkan ini kabar baik atau ini ancaman atau dua-duanya,” sambungnya.
(Agung)