BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Hampir 1.000 penoton, tepatnya 973 remaja usia SMA antusias menyaksikan adegan demi adegan pementasan naskah berjudul ‘Dhemit’ oleh Teater Lima Wajah.
Teater Lima Wajah mementaskan naskah “Dhemit” karya Heru Kasawa Mukti pada Minggu (9/2/2024), di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Kosambi Kota Bandung, Jawa Barat.
Pementasan dibagi menjadi empat sesi dalam sehari, yakni pukul 09.00 WIB, 11.00, 13.00, dan sesi 4 pada pukul 20.00.
Di luar dugaan, kalangan remaja ternyata cukup antusias dalam mengapresiasi karya seni pertunjukan teater. Bukan hanya dari jumlah penonton, tetapi juga reaksi mereka ketika menikmati rangkaian peristiwa dan konflik pada naskah tersebut.
Pementasan naskah Dhemit yang disutradarai oleh Sinta Getol ini sukses dengan performa karakter yang menarik, ditunjang visualisasi panggung yang mudah dimengerti. Ditambah lagi dengan bumbu-bumbu komedi yang memunculkan gelak tawa para penonton.
Naskah “Dhemit” menggambarkan bagiamana keserakahan dan keegoisan manusia yang mengakibatkan tidak stabilnya ekosistem alam.

BACA JUGA
Pertunjukan Teater “Wawancara dengan Mulyono” di Kampus ISBI Dijegal?
Rayakan 16 Tahun Perjalanan, Teater Candu Persembahkan Drama Musikal Rendezvous
Pesan Moral
Tokoh “Dhemit” yang dikenal dengan wajah seramnya, disertai karakter yang suka menakut-nakuti manusia, mereka justru berupaya keras melindungi serta menjaga harmoniasi ekosistem yang ada.
Sebaliknya, tokoh Rajagwesi yang merupakan pimpinan proyek pembanguan perubahan dalam lakon itu, dengan serakahnya menebang hutan besar-besaran. Rajagwesi hanya mementingkan keegoisannya yang membuat eksistensi para Dhemit terancam.
Tokoh Dhemit Sawan menampilkan karakter unik, yang memiliki bahasa tersendiri dengan lontaran kata “minyon minyon”. Karakter inilah yang memancing gelak tawa para penonton sepanjang pementasan.
Menurut sang sutradara, Sinta Getol, pementasan ini ditujukan untuk memberikan pemahaman dan juga pengingat bagi manusia agar lebih peduli akan lingkungan sendiri.
“Diharapkan lewat pementasan ini semuanya dapat sadar lingkungan terutama bagi anak-anak sekolah atau remaja. Selain itu juga kami ingin melestarikan kesenian terutama teater yang dapat merespon isu-isu sosial yang ada,” terang Sinta Getol kepada Teropong Media, seusai pertunjukan.
Ia menambahkan, melalui pementasan ini para penonton diharapkan dapat lebih menjaga dan melestarikan lingkungan, paling tidak lingkungan terdekat sekitar mereka.
Sebab, bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal manusia yang harus senantiasa dijaga dengan segala kemampuan yang dimiliki.
“Budaya yang baik harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar dampak positifnya bisa dirasakan oleh semua,” pungkas Sinta.
(Magang UKRI-Andari/Aak)