BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Empat tahun lalu, dunia tenis mengenal nama Emma Raducanu lewat dongeng indah di Flushing Meadows.
Saat itu, ia masih remaja 18 tahun yang melangkah dari babak kualifikasi hingga mengangkat trofi US Open 2021 tanpa kehilangan satu set pun.
Namun setelah dua pekan magis di New York, kenyataan yang jauh lebih kompleks menantinya.
Cedera, operasi, dan ekspektasi publik menumpuk tanpa henti. Kariernya nyaris seperti roller coaster yang kehilangan kendali hingga kini, di usia 22, Raducanu seperti menemukan napas baru dalam versi dirinya yang lebih tenang, disiplin, dan penuh kesadaran.
“Saya suka bagaimana saya di lapangan sekarang. Bukan narsistik, tapi lebih ke energi dan ketenangan saya. Itu hasil dari kerja keras yang tak terlihat orang,” ungkap Raducanu.
Ia kini menemukan kepuasan bukan hanya dari trofi, tapi dari sesi latihan yang konsisten, dari rasa tenang di tengah tekanan, dan dari proses yang ia jalani secara sadar.
Bukti kebangkitan itu tak datang dalam bentuk dramatis seperti 2021, melainkan lewat kerja keras yang menghasilkan kemenangan berharga.
Di Washington Open 2025, Raducanu sukses menundukkan petenis Yunani Maria Sakkari dalam dua set ketat, 6-4, 7-5, yang berlangsung selama 2 jam 10 menit.
Baca Juga:
Mimpi Besar Alexandra Eala untuk Tenis Filipina
Ia bangkit dari ketertinggalan dan menyapu lima gim terakhir, menunjukkan ketahanan fisik dan mental yang selama ini ia perjuangkan.
“Saya sudah sampai titik lelah yang bahkan saya sendiri tak tahu apa yang bisa saya lakukan. Tapi mungkin itu justru membantu,” tuturnya.
Ini adalah semifinal WTA pertama Raducanu dalam lebih dari satu musim, sekaligus pertama kalinya di lapangan keras sejak 2022.
Kemenangannya atas Sakkari juga memperpanjang rekor head-to-head menjadi 4-0, sekaligus memperbaiki rekornya di babak perempatfinal menjadi 3-9.
Sementara itu, di babak semifinal Washington, ia akan menghadapi petenis Rusia Anna Kalinskaya, yang tampil impresif dengan menyingkirkan unggulan keempat Clara Tauson lewat kemenangan 6-3, 7-5.
Emma Raducanu tak lagi didefinisikan oleh satu trofi besar. Ia bukan sekadar petenis muda dengan cerita indah masa lalu, melainkan atlet yang memilih menata ulang kariernya dengan cara berbeda lebih matang, lebih sabar, dan lebih realistis.
(Budis)