BANDUNG,TM.ID: Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Sabtu (10/6/2023) pagi. Anak Krakatau ini melontarkan abu vulkanik seinggi 2 kilometer sekitar pukul 4.23 WIB dengan durasi waktu 4 menit.
Gunung Krakatau adalah gunung api yang terletak di perairan Selat Sunda, di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Letusan dahsyat yang terjadi pada tahun 1883 membuatnya menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah manusia.
Sejarah Letusan Gunung Krakatau
Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan salah satu letusan gunung api terbesar dalam sejarah. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), letusan besar terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883. Dentumannya terdengar sampai wilayah Singapura dan Australia.
Letusan tersebut menghancurkan puncak gunung dan melepaskan energi setara dengan 200 megaton TNT. Dua pertiga dari Gunung Krakatau runtuh dalam serangkaian letusan yang menghancurkan sebagian besar pulau di sekitarnya.
Letusan ini melontarkan material vulkanik dengan volume hingga 18 km³ dan tinggi kolom letusan diperkirakan mencapai 80 km. Tsunami setinggi 30 meter terjadi di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung akibat letusan tersebut.
Tsunami ini menyebabkan kapal bernama “The Berrouw,” yang berada di Pelabuhan Teluk Betung, terlempar sejauh 3.300 meter ke dalam hutan. Peristiwa ini menghancurkan sejumlah kecamatan dan menewaskan 36.417 jiwa. Selain itu, ledakan material vulkanik yang terjadi menyebabkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera menjadi gelap gulita.
Sinar matahari tidak dapat menembus abu vulkanik setelah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Letusan ini juga menyebabkan dunia mengalami gelap selama dua setengah hari karena abu vulkanik yang menutupi atmosfer. Hal ini menyebabkan penurunan suhu di seluruh dunia, termasuk di wilayah Amerika, Eropa, dan Asia Timur yang jaraknya jauh dari Gunung Krakatau.
Aktivitas vulkanik tetap berlangsung hingga Februari 1884. Selama beberapa tahun, dunia mengalami gangguan cuaca yang menyebabkan serangkaian bencana alam dan krisis pangan karena gagal panen.
Kemunculan Gunung Anak Krakatau
Setelah letusan dahsyat pada tahun 1883, Gunung Krakatau beristirahat dari aktivitas vulkaniknya selama beberapa tahun. Pada tanggal 29 Desember 1927, terjadi letusan di bawah laut yang membentuk pulau kecil. Fenomena ini dikenal sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.
Anak Krakatau tumbuh di kedalaman 180 meter di bawah laut dan mengalami serangkaian letusan hingga Januari 1929. Gunung ini terus mengalami aktivitas vulkanik sejak saat itu.
Wisata Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau menjadi salah satu destinasi wisata menarik di wilayah Banten dan Lampung. Destinasi ini menawarkan keindahan alam yang memukau dan fenomena vulkanik yang terus berlangsung.
Untuk mencapai Gunung Anak Krakatau, wisatawan dapat melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Pelabuhan Perikanan Labuan di Kabupaten Pandeglang, Banten, dan melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju pulau Anak Krakatau. Alternatif lain adalah melalui Pelabuhan Canti di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan.
Selama perjalanan, wisatawan dapat menikmati pemandangan laut yang indah dan melihat kepulauan di sekitar lokasi. Setibanya di pulau, wisatawan dapat mendaki gunung untuk menikmati pemandangan laut yang menakjubkan dan menyaksikan fenomena vulkanik di sekitar gunung.
Salah satu kegiatan utama yang populer adalah mendaki Gunung Krakatau. Banyak agen tur yang menawarkan paket pendakian Gunung Krakatau. Namun, karena aktivitas vulkanik yang terus berlangsung, wisatawan diharapkan selalu memperhatikan kondisi cuaca dan mengikuti petunjuk dari pihak berwenang setempat.
Semoga artikel ini memberikan informasi yang bermanfaat tentang Gunung Krakatau. Terima kasih telah membaca artikel ini!
BACA JUGA: Gunung Anak Krakatau Meletus, Kolom Letusan Capai 2.500 Meter
(Kaje)