BANDUNG BARAT, TEROPONGMEDIA.ID – Ketua Komisi 1 DPRD Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sandi Supyandi mengapresiasi sosok penyintas disabilitas Rina Susanti yang mendirikan Rumah Pintar bagi penyandang disabilitas secara mandiri di Kampung Sukamulya, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, KBB.
Rumah Pintar yang digagas Rina Susanti sudah berdiri sejak tahun 2010, kini ada 10 disabilitas dan 20 anak-anak yang bergabung di rumah pintar.
Ia menginisiasi pendirian rumah belajar dan bermain untuk menggugah rasa percaya diri penyintas disabilitas dan menghapus stigma negatif masyarakat.
“Saya kira kita patut malu dengan apa yang sudah dilakukan Teh Rina ini, beliau secara mandiri mendirikan kelompok belajar bagi disabilitas agar tumbuh kembang penyandang disabilitas berjalan dengan baik,”ucap Sandi saat mengunjungi Rumah Pintar Rina, Minggu, 5 Januari 2025.
Kegiatan belajar dan bermain yang telah berjalan selama ini terbukti mengangkat mental dan psikologis disabilitas bahwa tidak ada perbedaan dalam kesempatan memperoleh kehidupan layak.
“Tadi saya dengar disabilitas binaan Teh Rina sudah produktif, ada yang bergerak di industri kreatif dan dunia kerja. Ini membuktikan bahwa pembinaan berhasil,”kata Sandi.
Dari kunjungannya ini, Sandi mencatat bahwa apa yang telah dilakukan Rina Susanti membutuhkan perhatian serius pemerintah daerah. Perlu adanya pembinaan konfrehensif agar disabilitas bukan hanya merasa percaya diri namun juga siap bersaing di dunia kerja.
“Saya dorong legal formal untuk lembaga ini agar bisa menyerap dana pemerintah, selain itu kedepan pembinaan harus dilakukan lintas OPD. Dinsos, Disdik dan Disnaker seharusnya saling mengisi agar disabilitas binaan Teh Rina memiliki skil dan mampu mengisi kuota lapangan kerja bagi disabilitas,”terangnya.
Ditempat sama, Rina Susanti mengadu bahwa selama ini kelompok belajarnya tidak mendapat perhatian serius pemerintah. Operasional dan sarana Rumah Pintar hanya mengandalkan donatur non pemerintah dan uang pribadinya.
“Sekarang ada 10 disabilitas yang mengikuti kegiatan disini dan 20 anak kurang mampu, sengaja berbaur sebagai bentuk pendidikan bahwa kita sama,”ujar dia.
Terbukti, seiring berjalannya waktu kini penyintas disabilitas binaannya telah tumbuh berkembang baik, psikologis dan kemampuan di tengah masyarakat telah kembali pulih.
“Kalau dulu mereka malu, tidak percaya diri dan enggan bergaul, sekarang sudah ada yang bekerja bahkan jadi konten kreator,”terangnya.
Rina berharap, sarana prasarana Rumah Pintarnya segera diperbaiki, kondisinya kini makin memprihatinkan. Atap bocor, perpustakaan minim buku, hingga kebutuhan sehari-hari disabilitas terbilang kritis.
“Rumah Pintar ini dibangun tahun 2014, sekarang ya mulai bocor-bocor, alat tulis dan buku bacaan juga sudah usang. Maklum biaya operasionalnya seadanya, karena mayoritas anak-anak disini bukan keluarga berada,” keluhnya.
(Tri/Budis)