JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Pakar telematika Roy Suryo mengungkapkan bahwa buku Jokowi’s White Paper berhasilrilis meskipun tak lepas dari tekanan. Buku tersebut ditulis hasil kolaborasi antara, pakar forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar, dan dr. Tifauzia Tyassuma (Dokter Tifa).
“Kebetulan kami bertiga, saya, Rismon, dan Dokter Tifa me-launching buku yang judulnya Jokowi’s White Paper. Alhamdulillah sukses tetap bisa di-launching, setelah soft-launching, meskipun dengan tadi yang disampaikan Pak Khozinudin, dengan berbagai intimidasi,” ujar Roy kepada awak media di Polda Metro Jaya, Rabu (20/08/2025).
Roy menjelaskan, meski terdapat beberapa gangguan pertama terjadi ketika acara peluncuran awalnya direncanakan berlangsung di Ruang Nusantara, Gedung University Club (UC), Universitas Gadjah Mada (UGM). Akan tetapi, rencana tersebut batal karena secara mendadak pihak UGM membatalkan penyewaan ruangan.
“Jadi booking sudah kita lakukan, tapi mendadak, kita dengar kabar Minggu malam tanggal 17 Agustus, 17 Agustus lho, kita sedang merayakan 80 tahun Kemerdekaan Indonesia, tiba-tiba gedung itu disatroni, saya bilang disatroni karena katanya enggak resmi, ada petugas dari polsek setempat itu datang, dan kemudian melakukan intimidasi dan lain sebagainya, interogasi,” ucap Roy.
Ia menambahkan bahwa pada hari pelaksanaan, Senin pagi, panitia memberitahu bahwa ruangan tetap tidak bisa digunakan. Akhirnya, acara peluncuran buku dipindahkan ke sebuah kedai kopi sebagai alternatif lokasi.
BACA JUGA:
Roy Suryo Nyesel Bawa Jokowi ke Panggung Nasional, Punya Andil Apa?
UGM Tolak Fasilitasi Peluncuran Buku Jokowi’s White Paper, Lampu dan AC Sempat Mati!
“Dan akhirnya pagi-pagi, Senin pagi, pada hari H, kami akan menyelenggarakan, tiba-tiba panitia menginformasi, ruang itu bisa dipakai. Ya sudah, karena ruangnya enggak bisa dipakai, kita pakai coffee shop,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, mantan Menpora tersebut, juga menceritakan adanya tekanan lain yang terjadi pada 19 Agustus 2025. Ia, bersama Rismon dan Dokter Tifa, mendatangi kampus UGM untuk menyerahkan surat permohonan informasi, namun mendapat perlakuan yang menurutnya tidak pantas.
“Ternyata apa, mau masuk ke lantai 2 saja, di gedung pusat UGM saja, dihalang-halangi oleh satpam yang banyak sekali, dan tidak boleh naik, kayak penjahat saja,” jelasnya.
(Saepul)