BANDUNG, TERIOPONGMEDIA.ID — Pramuka kini menjadi wadah pendidikan nonformal terbesar di Indonesia memiliki perjalanan sejarah yang panjang.
Akar gerakan ini berasal dari Inggris pada awal abad ke-20, diprakarsai oleh Sir Robert Stephenson Smyth Baden Powell, seorang perwira militer yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pramuka Dunia.
Pramuka Dunia
Berikut ini penjelasannya mulai dari kelahirannya di dunia, masuknya ke Indonesia, hingga proses peleburan menjadi Gerakan Pramuka seperti yang dikenal saat ini.
Pada 25 Juli 1907, Baden Powell mengadakan perkemahan perintis di Pulau Brownsea, Inggris. Kegiatan ini diikuti oleh 20 remaja dari berbagai latar belakang sosial, dan menjadi tonggak lahirnya gerakan kepanduan modern.
Setahun kemudian, dia menulis buku “Scouting for Boys” yang memuat prinsip-prinsip dasar kepramukaan. Buku ini menyebar luas ke berbagai negara dan menjadi panduan awal kegiatan kepanduan.
Seiring berkembangnya gerakan, Baden Powell mendirikan Girl Guides bersama adiknya Agnes pada 1912, membentuk kelompok Cubs (Siaga) pada 1916, dan meluncurkan Rover Scouts untuk pemuda berusia 17 tahun ke atas pada 1918.
Baca Juga:
HUT ke-64, Kwarcab Pramuka Kota Bandung Bakal Gelar Perayaan Meriah
Korupsi Dana Pramuka, Erwin: Ini Musibah, Jadi Pengingat ASN Jangan Main-Main dengan Hukum!
Puncak popularitas kepanduan terjadi pada Jambore Dunia pertama 1920 di London, yang dihadiri perwakilan dari 27 negara. Pada momen tersebut, Baden Powell diangkat sebagai Chief Scout of the World.
Perkembangan selanjutnya ditandai dengan pembentukan World Organization of the Scout Movement (WOSM) yang kini berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dengan enam kantor kawasan untuk mengoordinasikan kegiatan di seluruh benua.
Pramuka di Indonesia
Kepanduan mulai dikenal di Indonesia pada 1912 dengan berdirinya Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) di Batavia. Empat tahun kemudian, NPO berganti nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV).
Pada tahun yang sama, Mangkunegara VII mendirikan Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), organisasi kepanduan pertama yang dipimpin dan diikuti oleh pribumi.
Perkembangan kepanduan di Indonesia kemudian melahirkan berbagai organisasi berbasis agama, suku, dan kelompok sosial, seperti Hizbul Wathan, Pandu Indonesia, Pandu Ansor, dan Kepanduan Asas Katolik Indonesia.
Bahkan, Baden Powell pernah mengunjungi Batavia, Semarang, dan Surabaya pada 1934. Di kancah internasional, kontingen Pandu Hindia-Belanda yang terdiri dari anggota pribumi dan keturunan Eropa mengikuti Jambore Dunia 1937 di Belanda.
Di dalam negeri, perkemahan besar seperti All Indonesian Jamboree 1941 di Yogyakarta semakin mempererat persaudaraan antarorganisasi.
Pascakemerdekaan, organisasi kepanduan di Indonesia sempat bersatu dalam Pandu Rakyat Indonesia pada 1945. Namun, dinamika politik membuatnya kembali terpecah.
Pada akhir 1950-an, jumlah organisasi kepanduan mencapai ratusan, namun anggotanya tersebar tipis. Melihat kondisi ini, Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendorong penyatuan.
Proses peleburan dimulai pada 9 Maret 1961 menjadi Hari Tunas Gerakan Pramuka, 20 Mei 1961 menjadi Hari Permulaan Tahun Kerja, dan 20 Juli 1961 menjadi Hari Ikrar.
Puncaknya, pada 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka resmi diperkenalkan kepada publik melalui upacara di halaman Istana Negara. Presiden Soekarno menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai ketua Kwartir Nasional pertama.
Sejak itu, 14 Agustus diperingati setiap tahun sebagai Hari Pramuka, menjadi simbol persatuan dan kebangkitan semangat kepanduan di Indonesia. (_usamah kustiawan)