BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Puasa di bulan Ramadhan membawa manfaat spiritual dan kesehatan bagi umat Muslim. Namun, bagi individu dengan gangguan mental, puasa dapat menimbulkan tantangan tersendiri.
Faktor seperti perubahan pola makan, tidur, serta konsumsi obat-obatan harus diperhatikan agar tidak memperburuk kondisi mental.
Menurut Habib Erensoy, seorang ahli psikiatri dari Pusat Medis NP Etiler Universitas Üsküdar, keputusan berpuasa bagi penderita gangguan mental sangat tergantung pada tingkat keparahan kondisi mereka.
Sebelum memutuskan untuk berpuasa, individu dengan penyakit mental sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk memastikan kondisi mereka tetap stabil.
Faktor yang Harus Dipertimbangkan
1. Tingkat Keparahan Gangguan Mental
Gangguan mental memiliki spektrum yang luas, mulai dari gangguan kecemasan, depresi, bipolar, hingga skizofrenia. Penderita gangguan mental ringan mungkin masih bisa menjalankan puasa dengan penyesuaian tertentu, sedangkan mereka yang mengalami gangguan berat umumnya dianjurkan untuk tidak berpuasa.
Pasien skizofrenia yang memerlukan obat-obatan dalam dosis besar sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berpuasa karena perubahan pola konsumsi obat bisa berdampak negatif pada kondisi mental mereka.
2. Pengaruh Puasa terhadap Pola Tidur
Pola tidur yang berubah selama Ramadhan, seperti tidur larut malam karena sahur dan bangun pagi untuk salat subuh, dapat memengaruhi keseimbangan emosi dan kesehatan mental seseorang.
Orang dengan gangguan mental, terutama gangguan bipolar, sangat bergantung pada pola tidur yang teratur agar kondisi mereka tetap stabil. Perubahan drastis dalam jam tidur bisa memicu episode mania atau depresi.
3. Efek Konsumsi Obat saat Puasa
Banyak penderita gangguan mental yang harus mengonsumsi obat secara teratur. Jika jadwal minum obat berubah karena puasa, ini bisa menyebabkan fluktuasi kadar obat dalam darah yang berpotensi memperburuk kondisi pasien.
Beberapa obat, seperti penstabil suasana hati dan antipsikotik, memerlukan dosis yang stabil untuk menjaga efektivitasnya. Oleh karena itu, dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis atau jadwal konsumsi obat agar pasien tetap mendapatkan manfaat pengobatan tanpa melanggar ketentuan puasa.
Apakah Puasa Dapat Membantu Kesehatan Mental?
Puasa juga memiliki manfaat psikologis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan memberikan ketenangan batin. Selain itu, aspek spiritual dari puasa dapat memberikan dukungan emosional bagi individu yang mengalami gangguan mental.
Namun, manfaat ini hanya bisa terasa jika kondisi kesehatan mental pasien dalam keadaan stabil. Mereka tetap mendapatkan dukungan dari keluarga serta tenaga medis.
BACA JUGA:
Dalam ajaran Islam, individu dengan kondisi medis tertentu dapat bebas dari kewajiban puasa. Orang dengan gangguan mental berat yang tidak dapat mengontrol kondisi mereka termasuk dalam kategori ini.
Bagi mereka yang hanya mengalami gangguan mental ringan, puasa tetap bisa jalan dengan bimbingan dari dokter. Jika puasa justru memperburuk kondisi mental, maka lebih baik untuk tidak memaksakan diri.
(Kaje/Aak)