BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kalau kamu pikir semua orang Sunda itu seragam, coba pikir lagi. Meski sama-sama pakai kata “Sunda”, ternyata masyarakat Sunda di wilayah Jawa Barat dan Banten ada perbedaan latar historis dan budaya. Semuanya berakar dari sejarah panjang pembentukan identitas budaya di Tatar Pasundan.
Secara geografis, wilayah budaya Sunda membentang dari Cirebon di timur sampai Lebak di barat. Namun sejak abad ke-16, garis perbedaan mulai terbentuk, terutama setelah berdirinya Kesultanan Banten yang membawa corak Islam yang berbeda dibanding wilayah Sunda lainnya.
Menurut Sujati (2019), wilayah Banten mengalami islamisasi lebih cepat dan kuat dibanding daerah Priangan. Hal ini karena Banten berada dalam jalur perdagangan pesisir dan berinteraksi langsung dengan pusat-pusat Islam awal seperti Demak dan kemudian Aceh. Maka jangan heran jika masyarakat Sunda Banten memiliki tradisi keislaman yang lebih kental, bahkan dalam struktur sosial dan hukumnya.
Sementara itu, masyarakat Sunda di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah Priangan, menjalani proses islamisasi yang lebih bertahap dan cenderung berdampingan dengan nilai-nilai kepercayaan lama. Ini sesuai dengan temuan Miharja (2015), yang menunjukkan bahwa masyarakat Sunda awal memeluk sistem kepercayaan animisme-dinamisme yang kuat, serta menjunjung tinggi hubungan dengan roh leluhur dan kekuatan alam. Nilai-nilai ini tidak sepenuhnya hilang, bahkan masih terjaga dalam bentuk kearifan lokal di kampung-kampung adat seperti Kampung Naga atau Ciptagelar.
Dari sini terlihat pola yang cukup mencolok: Sunda Banten lebih condong ke sistem budaya Islam yang normatif, formal, dan dekat dengan struktur kerajaan Islam. Sementara Sunda Jawa Barat, khususnya di pedalaman, cenderung menggabungkan ajaran Islam dengan adat dan mitos lokal. Bahkan dalam bahasa pun ada variasi, di mana logat Sunda Banten cenderung lebih lugas dan kasar menurut pandangan bahasa Sunda Priangan dalam struktur tutur dibandingkan logat Sunda Priangan yang terkenal halus dan hierarkis.
BACA JUGA
Bahasa Sunda Layak Jadi Warisan Budaya Takbenda: Pakar Jelaskan Faktanya!
Andai Provinsi Sunda Caruban Terwujud, Bupati Cirebon Nyatakan Siap Dukung
Dalam konteks sejarah, masyarakat Sunda di wilayah Priangan dulunya berada di bawah pengaruh Kerajaan Pajajaran dan kemudian masuk ke dalam orbit Mataram Islam, sehingga mengalami islamisasi “dari dalam”. Sebaliknya, Sunda Banten mengalami islamisasi “dari luar” lewat interaksi pelabuhan dan dakwah dari jalur maritim.
Fakta unik lainnya, banyak tokoh spiritual Sunda yang memiliki pengaruh kuat di wilayah Banten, seperti Syekh Maulana Yusuf dan Syekh Mansyur, yang menjadi simbol sinkretisme antara Islam dan kepercayaan lokal. Di sisi lain, wilayah Priangan dikenal dengan tokoh-tokoh panutan seperti Eyang Dalem Arif Muhammad atau Ki Sunda Wiwitan yang memperkuat peran adat dan hubungan dengan alam.
Jadi, meski sama-sama Sunda, perjalanan sejarah dan warisan budaya keduanya ternyata punya jalur yang berbeda. Sunda itu bukan satu warna, tetapi pelangi budaya yang terbentuk dari banyak jejak sejarah dan interaksi peradaban.
Sumber: Sujati, B. (2019). Tradisi Budaya Masyarakat Islam di Tatar Sunda (Jawa Barat). ISHLAH, 1(1), 37-51.
Miharja, D. (2015). Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Sunda. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 10(1), 19-36.
(Daniel Oktorio Saragih/Magang/Aak)