BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gunung Slamet, yang menjulang tinggi di Jawa Tengah, menyimpan pesona alam yang memikat dan menjadi tujuan favorit para pendaki. Namun, di balik keindahan Gunung Slamet, tersimpan pula sejumlah mitos atau misteri yang turun temurun diwariskan dari para leluhur.
Gunung Slamet, yang secara administratif terletak di lima kabupaten (Pemalang, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Purbalingga), memiliki puncak setinggi 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl), membuatnya dijuluki sebagai “Atap Jawa Tengah.”
Berikut beberapa mitos yang menyelimuti Gunung Slamet, dikutip dari tesis berjudul “Mitos di Gunung Slamet” karya Maria Astria Rini:
1. Letusan Gunung Slamet akan Membelah Pulau Jawa
Masyarakat Jawa percaya bahwa Gunung Slamet merupakan pusat dari Pulau Jawa. Dahulu, gunung ini dikenal sebagai Gunung Agung, tetapi kemudian berganti nama menjadi Gunung Slamet. Letusan terakhir gunung ini terjadi pada tahun 2009, mengeluarkan lava pijar berupa semburan di dalam kawah.
Menurut sesepuh di Dusun Bambangan, yang terletak di sekitar Gunung Slamet, gunung tersebut belum pernah meletus parah dan menyemburkan lahar hebat sejak zaman kakek buyut.
Mitos menyebutkan bahwa jika Gunung Slamet benar-benar meletus hebat, maka akan membelah Pulau Jawa menjadi dua bagian.
Hal ini kemungkinan karena retakan besar yang membentang dari utara ke selatan bisa saja muncul, sehingga dua bagian yang terbentuk akan bergeser saling menjauh.
Seluruh wilayah dekat dengan Gunung Slamet juga disebutkan bisa terkena semburan lahar, debu, atau awan panas apabila gunung ini meletus hebat.
2. Upacara Ruwat Bumi untuk Memohon Keselamatan
Nama “Slamet” sendiri dalam bahasa Indonesia berarti selamat. Masyarakat Bambangan yakin bahwa Gunung Slamet memberikan rasa aman dan keselamatan bagi masyarakat sekitarnya. Gunung Slamet juga dipercaya sebagai gunung keramat. Hingga kini, masih ada masyarakat sekitarnya yang memohon berkah, keselamatan, hingga ketenteraman di sana.
Untuk mendapatkan berkah dan keselamatan, masyarakat Bambangan menjalankan tradisi ruwat bumi. Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Sura atau Muharram, biasanya pada malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon.
Melalui upacara ruwat bumi, masyarakat setempat percaya keseimbangan manusia dengan alam dapat terwujud, sehingga menciptakan ketenteraman dan keselamatan bagi sekitarnya. Rangkaian tradisi ruwat bumi terbagi menjadi tahap persiapan dan pelaksanaan.
Untuk persiapan, akan dibuat makanan sesaji, panggung untuk lengger. Dan pada tahap pelaksanaan dilakukan peletakan sesaji, pertunjukan calung, penyembelihan kambing, pertunjukan lengger, serta perebutan sayuran dan air.
3. Mbah Jamur Dipa, Makhluk Penguasa Gunung Slamet
Masyarakat setempat menyebutkan ada makhluk halus yang disebut juga dhanhyang atau bahureksa yang menempati dan menguasai Gunung Slamet. Makhluk ini dikenal dengan nama Mbah Jamur Dipa.
Mbah Jamur Dipa diyakini sebagai perantara permintaan doa yang ditunjukkan kepada Tuhan. Dengan begitu, suatu permohonan bisa terkabul. Gelaran upacara ruwat bumi juga dilaksanakan sebagai persembahan dan penghormatan terhadap sang penguasa Gunung Slamet ini.
4. Gunung Slamet: Tempat Angker yang Dihuni Makhluk Halus
Misteri Gunung Slamet dipercaya sebagai tempat keramat yang dihuni oleh roh leluhur dan makhluk halus. Tempat ini juga dianggap angker lantaran ada kekuatan gaib yang mesti dihormati. Disebutkan terdapat pasar siluman dan gua slamet di sana.
Selain itu, ada penunggu yang disebut Mbah Rantasari di pohon besar yang terletak di area jembatan jalan masuk ke Dusun Bambangan.
Menurut masyarakat setempat, makhluk-makhluk tersebut akan melakukan hal berdampak buruk terhadap siapa saja orang yang mengusik keberadaannya di sekitar lokasi yang mereka tempati.
5. Hewan di Gunung Slamet yang Tidak Mengganggu
Sejumlah hewan yang pernah terlihat di Gunung Slamet ada lutung, babi hutan, celeng, hingga macan. Di sisi lain, makhluk halus juga bisa menjelma menjadi ular besar dan kuda sembrani.
Akan tetapi, binatang-binatang ini dipercaya tidak akan mengganggu masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut maupun para pendaki yang datang ke sana.
6. Larangan saat Mendaki Gunung Slamet
Terdapat sejumlah larangan yang tidak boleh dilanggar ketika mendaki di Gunung Slamet. Larangan ini mesti dipatuhi agar para pendaki dapat mencapai puncak dan kembali dalam keadaan selamat.
Mitos larangan di Gunung Slamet yang beredar, antara lain larangan berbicara sembarangan, mengeluh atau mengekspresikan perasaan hati secara terbuka melalui kata-kata vulgar, ceroboh, hingga buang air kecil atau besar sembarangan.
Tidak diperkenankan pula memiliki maksud jahat saat pendakian di gunung ini.
BACA JUGA : 6 Gunung Paling Angker di Indonesia: Dari Pasar Setan hingga Dewi Anjani
Serta jangan berbuat sembarangan, seperti menebang pohon atau memakai mata air tanpa izin. Apabila dilanggar, sejumlah larangan tersebut bisa membuat makhluk halus penunggu Gunung Slamet marah. Sehingga orang yang melanggarnya dipercaya dapat mengalami kerugian, sakit, bahkan kematian.
Itu tadi sederet mitos dan misteri Gunung Slamet yang beredar luas dan masih diyakini masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
(Hafidah Rismayanti/Aak)