Maraknya Kasus Aborsi di Kalangan Para Remaja

Editor:

[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, SUAR MAHASIAWA AWARDS — Aborsi penghentian kehamilan sebelum usia lahir merupakan isu kontroversial di banyak negara, termasuk Indonesia. Secara hukum, aborsi hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu seperti untuk menyelamatkan nyawa ibu atau akibat perkosaan sesuai UU No. 36 Tahun 2009; Perubahan terbaru, UU No. 17/2023 menegaskan indikasi ini, termasuk janin tidak viable dan kehamilan akibat kekerasan seksual.

Fenomena yang mengkhawatirkan adalah meningkatnya kasus aborsi di kalangan remaja baik yang sah maupun yang ilegal. Data dari jurnal “Teenagers’ Decision Making About Abortion” menyebutkan bahwa 7% remaja 15-19 tahun pernah hamil, dan 2% di antaranya melakukan aborsi. Artikel ini bertujuan membedah faktor penyebab, dampak, serta strategi pencegahan dan solusi dengan perspektif pro dan kontra.

II. Faktor Penyebab Maraknya Aborsi di Kalangan Remaja

1. Kurangnya Pendidikan Seksual Komprehensif

Pendidikan seksual di sekolah masih sangat terbatas dan cenderung disampaikan secara fragmentasi melalui mata pelajaran Biologi, Agama, atau Kewarganegaraan. Kondisi ini menyebabkan banyak remaja tidak memahami risiko seks pranikah, metode kontrasepsi, maupun komplikasi kehamilan dini. Sebuah penelitian di Bandung menemukan bahwa perilaku seksual berisiko dan kurangnya life skills berkontribusi pada aborsi remaja.

2. Pergaulan Bebas dan Pengaruh Media

Remaja saat ini tenggelam dalam informasi di media sosial, termasuk konten pornografi dan tips aborsi “alami” atau tidak aman . Media melihat informasi menjadi bias dan tak diverifikasi, dan remaja cenderung mencari solusi praktis saat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

3. Tekanan Sosial, Budaya, dan Stigma

Kehamilan di luar pernikahan masih sangat tabu di Indonesia. Dorongan dari pasangan, ketakutan akan penghakiman dari keluarga, stigma sosial, hingga kekerasan seksual, menjadi pendorong bagi remaja untuk memilih opsi aborsi .

4. Terbatasnya Akses ke Kontrasepsi dan Layanan Kesehatan Ramah Remaja

Kontrasepsi bagi remaja sulit dijangkau karena butuh persetujuan orang tua dan tabu. Studi menunjukkan hanya sekitar sepertiga remaja mengakses kontrasepsi modern, sehingga risiko aborsi akibat kehamilan tak diinginkan meningkat.

III. Dampak Aborsi pada Remaja

1. Dampak Fisik

Aborsi ilegal atau “unsafe abortion” bisa menyebabkan komplikasi berat seperti infeksi, perdarahan, sampai kematian. Penelitian di Yogyakarta mencatat metode berbahaya, seperti konsumsi cairan ananas dan minuman keras, digunakan karena murah dan cepat.

2. Dampak Psikologis

Remaja dapat mengalami trauma emosional, rasa bersalah, depresi, atau bahkan gangguan psikologis jangka panjang. Kompleksitas keputusan ini semakin berat jika berkaitan dengan kekerasan seksual .

3. Dampak Sosial dan Masa Depan

Kehamilan dan aborsi dapat menyebabkan putus sekolah, menurunnya kesempatan karir, tekanan keluarga, serta stigma sosial. Remaja juga rentan mengalami diskriminasi di lingkungan sekitar.

IV. Upaya Pencegahan dan Solusi

1. Pendidikan Seksual Komprehensif

Banyak studi mendukung CSE (comprehensive sexuality education): edukasi yang tepat telah terbukti meningkatkan pengetahuan, penggunaan kontrasepsi, dan menurunkan kasus kehamilan tak diinginkan. Pendekatan ini mendorong kesadaran remaja akan tanggung jawab dan resiko, bukan hanya mengajarkan pantangan abstinensi yang terbukti kurang efektif . Namun, pihak kontra khawatir materi ini bisa dianggap terlalu bebas dan melanggar norma lokal.

2. Peran Keluarga dan Komunitas

Pro: Orang tua perlu menyediakan ruang komunikasi terbuka untuk membicarakan seksualitas dan reproduksi, serta menjadi tempat yang menakutkan stigma. Kontra: Ada kekhawatiran bahwa edukasi seks akan mendorong remaja untuk mencoba lebih awal.

3. Akses Layanan Kesehatan Reproduksi Ramah Remaja

Pendirian klinik remaja yang bersifat rahasia dan tidak menjudge perlu disosialisasikan. Pro: memberi akses aman ke kontrasepsi, konsultasi, dan perawatan. Kontra: Tuduhan memfasilitasi seks bebas bisa jadi kendala regulasi dan dukungan masyarakat.

4. Penegakan Hukum dan Perlindungan Remaja

UU No. 17 Tahun 2023 memperjelas indikasi aborsi seperti kasus perkosaan atau bahaya medis. Pro: Ini memberi dasar agar korban kekerasan dapat mendapatkan layanan sah. Kontra: Tatacara administrasi, seperti perlu izin suami (kecuali korban perkosaan), bisa memperumit akses remaja yang notabene belum menikah.

5. Kampanye Pengurangan Stigma dan Edukasi Publik

Kesadaran masyarakat perlu dibangun bahwa aborsi adalah masalah kesehatan dan hak reproduksi. Pro: Mengurangi stigma, meningkatkan pengangkatan masalah. Kontra: Bisa ditanggapi sebagai mencoba mengubah nilai budaya dasar, terutama dari sudut pandang agama atau tradisi lokal

Kesimpulan

Masalah aborsi di kalangan remaja adalah fenomena kompleks yang mencakup aspek kesehatan, sosial, hukum, dan budaya. Data menunjukkan remaja menggunakan aborsi  baik legal maupun ilegal karena kekurangan pendidikan, tekanan sosial, dan keterbatasan layanan. Dampaknya tidak hanya fisik tetapi juga psikologis dan sosial, mempengaruhi masa depan mereka secara signifikan.

Secara pro, solusi terbaik adalah melalui pendidikan seksual yang komprehensif, pelayanan klinis yang ramah remaja, dan harmonisasi regulasi yang memihak kesejahteraan remaja. Sisi kontra menekankan pentingnya perlindungan nilai agama, kemurnian pendidikan moral, dan oposisi terhadap penyebaran materi yang dianggap “normalisasi seks bebas”.

Untuk mencapai keseimbangan, diperlukan pendekatan holistik:

Pendidikan seksual yang dibungkus dalam konteks nilai keluarga dan moral.
Layanan kesehatan reproduksi yang terlindungi secara hukum, namun terjangkau.
Penguatan komunikasi keluarga, sinergi antara orang tua, sekolah, dan pemerintah.
Kampanye publik yang menghargai adat dan norma lokal, tanpa mengabaikan hak remaja.
Semoga artikel ini bisa menjadi pemicu dialog terbuka dan tindakan nyata bersama untuk melindungi masa depan generasi muda Indonesia.

(Rahma Hajar Riyani/Universitas Indonesia Membangun)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Sepatu Sekolah EIGER
5 Rekomendasi Sepatu EIGER untuk Sekolah, Tampil Staylish dengan Brand Lokal
WhatsApp-Image-2025-07-05-at-09.52
Menjadi Content Creator yang Sukses dan Berkelanjutan di Era Digital
91f127e728627437c2e1f154e8a310b5
Gagal Masuk PTN Bukan Akhir Dunia, tapi Awal Jalanmu Sendiri
Warga bogor unjuk rasa
Dampak Banjir, Warga Tamansari Bogor Gelar Unjuk Rasa
yamaha tmax
Penyegaran Yamaha Tmax 560, Makin Elegan
Berita Lainnya

1

Ini Syarat dan Cara Daftarkan Anak ke Barak Militer

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Google Veo 3: Revolusi Terbaru dalam Generasi Video AI Multimodal

4

Mahasiswa UNJANI “Ngintip” Dapur Redaksi Teropong Media

5

Link Live Streaming PSG vs Real Madrid Selain Yalla Shoot
Headline
konser terakhir black sabbath
Konser Terakhir Black Sabbath "Back To The Beginning" Jadi Aksi Amal Terbesar Dalam Sejarah
jaminan kehilangan pekerjaan
Cek, Syarat Pengajuan Jaminan Kehilangan Pekerjaan!
Reaktivasi Bandara Husein Disebut Menhub Bisa Rugikan Anggaran Negara
Reaktivasi Bandara Husein Disebut Menhub Bisa Rugikan Anggaran Negara, Kok Bisa?
BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di 15 Wilayah Perairan Indonesia
BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter Terjadi di 15 Wilayah Perairan Indonesia

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.