BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar menjelaskan awal mula terbongkarnya kasus perdagangan bayi ke Singapura dari media sosial Facebook. Di media sosial tersebut terdapat komunikasi jual beli bayi atau adopsi.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, menyebut untuk melancarkan aksinya, para pelaku mencari korban yang sedang hamil. Kemudian, jaringan sindikat ini melalui tersangka AF merespon lebih dalam terkait bertransaksi hingga berbagi nomor telepon.
“Komunikasi berlangsung intensif dan akhirnya ada beberapa kesepakatan di mana yang bersangkutan ingin bertemu. Saat itu juga korban sudah mengandung cukup tua, dan beberapa hari lagi akan melahirkan,” kata Hendra Gedung Ditreskrimum Polda Jabar, dikutip Kamis (17/7/2025).
Pelaku dan korban diketahui bertemu dan komunikasi secara intens. Kemudian, keduanya sepakat untuk kembali bertemu saat korban memasuki pembukaan ketiga hingga keempat untuk menjalani pemeriksaan ke dokter, dengan kesepakatan bahwa setelah proses persalinan, korban akan menerima uang sebesar Rp 10 juta.
Namun, korban akan menerima uang Rp600 ribu terlebih dahulu untuk biaya melahirkan.
“Keesokannya, pelaku ini membawa kartu keluarga dan KTP orang tua dari bayi tersebut. Karena, memang niatnya untuk adopsi tanpa ribet. Pelaku ini membeli bayi mengakunya sudah mempunyai suami tetapi belum memiliki anak, sehingga berharap sekali memiliki anak. Jadi, modusnya seperti itu,” ujar Hendra.
Pelaku dalam kasus jual beli bayi diketahui sempat menjanjikan uang sebesar Rp 10 juta kepada korban. Namun, janji tersebut tidak dipenuhi. Pelaku hanya mengirimkan biaya untuk jasa bidan, sementara bayi sudah terlebih dahulu dibawa.
Baca Juga:
Polisi Tangkap Tersangka Baru Perdagangan Bayi ke Singapura, Total 13 Orang
Tersangka Baru Kasus Perdagangan Bayi ke Singapura Sebagai Penampung
“Korban kemudian melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Setelah dilakukan penyelidikan, terungkap bahwa pelaku berinisial AF merupakan bagian dari sindikat yang telah beroperasi sejak 2023. Lokasi pertama aksi mereka berada di wilayah Kabupaten Bandung,” ungkap Hendra.
(Virdiya/_Usk)