JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) akhirnya berani membuka suara mengenai kekerasan fisik dan psikis yang mereka alami sejak usia dini. Para korban tersebut mengungkapkan bagaimana mereka diperlakukan dengan cara yang tidak manusiawi dalam lingkungan sirkus OCI.
Dalam rapat dengar pendapat yang digelar oleh Komisi XIII DPR RI, mereka membeberkan pengalaman mengerikan yang jauh dari kesan gemerlap panggung yang biasa dilihat publik.
Para mantan pemain sirkus ini datang dari latar belakang yang hampir seragam yakni dari keluarga yang dipisahkan, dilatih keras, hingga diperlakukan secara fisik dan mental yang sangat kasar.
Berikut adalah kisah tragis yang dialami para pemain sirkus OCI:

Vivi Nurhidayah: Disetrum dan Dirantai
Vivi Nurhidayah mengungkapkan sejak usia dua tahun, ia telah menjadi bagian dari sistem yang menekan dan menyiksa anak-anak lainnya. Vivi, yang diambil dari keluarganya pada usia yang sangat muda, mengingat bahwa ia harus menjalani latihan fisik yang sangat keras di rumah milik Fran, Toni, dan Yansen, yang merupakan para pelatih di OCI.
“Jika tidak bisa latihan, kami dipukul, ditendang, dirotan. Itu sudah menjadi hal biasa,” ujar Vivi mengenang masa kecilnya yang penuh penderitaan.
Pada usia 12 tahun, Vivi dipindahkan ke Taman Safari Indonesia, berharap bahwa kehidupannya akan membaik. Namun kenyataan justru jauh lebih buruk. “Saya melarikan diri, namun ditangkap dan dibawa kembali. Di tengah perjalanan, saya dipukuli lagi, dihina, dan diperlakukan seperti binatang,” kata Vivi dengan suara yang bergetar.
Setelah ditangkap, Vivi mengungkapkan bahwa ia disetrum menggunakan alat setrum yang biasa dipakai untuk gajah.
“Saya bahkan disetrum hingga lemas, ke seluruh tubuh saya. Mereka tidak peduli dengan apa yang saya rasakan,” tambah Vivi yang akhirnya berhasil melarikan diri dan melaporkan kejadian tersebut kepada Komnas HAM.
Lisa: Tanpa Identitas, Dipukuli, Hingga Lupa Keluarga
Lisa adalah salah satu korban yang dibawa dari keluarganya pada tahun 1976 oleh Yansen. Saat itu, Lisa masih anak-anak dan tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi.
“Saya dibawa ke Balikpapan dan dimasukkan ke dalam karavan gelap. Saya menangis mencari mama, tapi akhirnya lelah dan tertidur,” kenang Lisa.
Lisa juga menyaksikan kekerasan yang terjadi kepada anak-anak lainnya. “Kami dipukuli, ditampar, ditendang, bahkan disambit menggunakan sandal kayu jika melakukan kesalahan. Saya terus mencari mama, tapi lama kelamaan saya mulai melupakan orang tua saya,” ujarnya.
Tanpa identitas resmi, Lisa bahkan tidak diberi kesempatan untuk mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Ketika meminta izin untuk menikah, Tony yang merupakan salah satu pelatih, malah mengamuk dan menanggapi permintaannya dengan marah. “Kamu itu saya yang pelihara, kok kamu yang ambil?” kata Tony dengan nada kasar.
Baca Juga:
Taman Safari Tepis Tudingan Eksploitasi Mantan Pemain Sirkus
Jadi Sorotan Dugaan Eksploitasi, Ini Sejarah Sirkus OCI Taman Safari
Butet: Dipaksa Makan Kotoran Gajah, Dirantai Seperti Hewan
Butet yang juga menjadi salah satu korban dari OCI, bercerita tentang penyiksaan yang dialaminya sejak ia berusia 4 tahun. “Mereka tidak pernah memberikan saya identitas. Saya bahkan tidak tahu berapa usia saya,” ujar Butet.
Salah satu penyiksaan yang paling mengerikan baginya adalah ketika ia dipaksa memakan kotoran gajah sebagai hukuman karena mencuri makanan.
Selain itu, saat berusia 17 tahun, Butet dirantai menggunakan rantai besar bekas gajah sebagai hukuman karena berpacaran dengan seorang karyawan sirkus.
“Saya kesulitan untuk buang air karena dirantai begitu lama,” jelas Butet mengenang masa kelam dalam hidupnya.
Rita Louisa: Dilempar Seperti Bola dan Disiksa dengan Senyuman
Rita Louisa yang diambil dari keluarganya pada usia 3 tahun, berbagi kisah pilu tentang latihan yang mengerikan. “Saya dilatih dengan keras. Fran melempar saya seperti bola atas bawah, ditendang, dilempar lagi tanpa ada rasa kasihan,” kata Rita, mengenang masa-masa penuh kekerasan yang harus dilaluinya.
Kekerasan yang diterima Rita dan teman-temannya selalu disertai dengan senyum dari para pelatih.
“Jika kami membuat kesalahan sedikit saja, langsung dipukul. Saya pernah ditonjok hingga mata saya bengkak dan berdarah. Mereka tidak pernah merasa kasihan pada kami,” lanjut Rita.
Setelah melarikan diri pada usia 14 tahun, Rita akhirnya menemukan keluarganya yang juga merupakan korban dari sirkus tersebut. “
Saya kaget ketika mengetahui bahwa saya memiliki kakak kandung yang juga merupakan pemain sirkus,” ungkap Rita dengan air mata.
Yuli: Jatuh Koma dan Tetap Dipaksa Tampil
Yuli yang juga pemain sirkus OCI diambil bersama kakaknya saat anak-anak menceritakan betapa ia dipaksa tampil dalam atraksi berbahaya meski baru saja mengalami kecelakaan hingga koma.
“Saya jatuh dari kawat dan koma selama 14 jam. Begitu sadar, saya langsung disuruh tampil lagi tanpa diberi pengobatan,” kata Yuli.
Ia juga menyaksikan penderitaan temannya, Eva, yang lebih menderita karena dilecehkan oleh Fran.
Anton: Dibohongi dan Dihantui Ancaman Kematian
Anton adalah salah satu korban yang dijanjikan akan disekolahkan jika mengikuti pelatihan di OCI. Namun, janji tersebut hanyalah kebohongan belaka.
“Mereka bilang, ‘Kalau kamu pintar, nanti akan dikembalikan ke orang tua,’ tapi itu semua bohong,” kata Anton.
Ketika mencoba melarikan diri, Anton diberi kabar palsu bahwa ibunya telah meninggal. “Ibu Yansen bilang, ‘Mama lu udah mati, yang ngurusin kamu cuma saya.’ Saya percaya sampai akhirnya bertemu kakak saya dan mengetahui bahwa itu semua adalah kebohongan,” kata Anton yang juga mengalami penyiksaan berat.
(Dist)