BANDUNG, TM.ID: Stres tidak saja terjadi pada manusia, tapi juga hewan terkadang akan mengalami stres. salah satunya kucing. Penyebab kucing stres bisa sangat beragam, dan kamu perlu waspada ketika hewan ini menunjukkan tanda stres kronis.
Kondisi stres tidak baik untuk kesehatan mereka. Tak hanya fisik, stres yang dialami kucing juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya.
Beberapa sistem fisiologis yang terdapat pada tubuh kucing berfungsi mengatur kadar stres, terutama sumbu HPA atau hipotalamus, hipofisis, dan adrenal. Selain itu, sistem saraf simpatis pun punya peran serupa, dan keduanya sudah berkembang untuk mengatasi stres jangka pendek yang normal yang berkaitan dengan pola hidup kucing.
Sistem ini akan mengontrol rilisnya hormon yang menyiapkan kucing untuk menghadapi segala tantangan yang sering dikenal dengan sebutan respons melawan atau berlari karena terjadinya stres parah. Meski begitu, sistem ini bisa dibilang kurang mampu beradaptasi dengan baik untuk kondisi stres yang terjadi dalam jangka panjang.
BACA JUGA :Hari Kucing Sedunia? Ini Sejarahnya!
Apa tanda kucing stres
Ternyata kucing stres juga akan mengalami beberapa perubahan, baik perilaku maupun pola makan. Ada dua jenis stres yang bisa terjadi pada kucing melansir halodoc, yaitu:
1. Stres Akut
Kucing yang mengalami stres akut biasanya terjadi karena satu ancaman atau kondisi yang terjadi tanpa diduga. Tandanya pun cukup mudah dikenali, yaitu:
- Kucing tidak mau bergerak.
- Tubuhnya gemetar dan berjongkok seperti sedang merangkak.
- Napasnya berubah menjadi lebih cepat.
- Kakinya ditekuk.
- Ekornya melingkar dekat dengan tubuhnya.
- Kepalanya lebih rendah dari posisi tubuh.
- Matanya terbuka lebar dan pupil melebar.
- Telinga rata dengan posisi kepala.
- Menggeram, mendesis, hingga meneteskan air liur.
BACA JUGA : Benarkah Kucing Punya 9 Nyawa? Mitos atau Fakta
2. Stres Kronis
Kucing bisa mengalami stres kronis. Sayangnya, ciri stres kronis pada kucing lebih sukar dikenali karena terjadi dalam waktu lama dan gejalanya bisa saja lebih halus. Hal ini mungkin memengaruhi rutinitas dan pola perilaku kucing, seperti:
- Berkurangnya makan atau justru makan berlebihan.
- Lebih suka beristirahat atau bersembunyi.
- Menjadi antisosial.
- Agresif terhadap kucing atau manusia.
- Lebih waspada dan mudah terkejut, bahkan saat mendengar suara sekecil apapun.
- Kurang antusias saat bermain.
- Perubahan perilaku yang umum, seperti lebih sering di dalam ruangan atau di kandangnya.
- Buang air kecil dan besar sembarangan.
- Spraying atau menyemprot urine di dalam ruangan berlebihan.
- Sering menjilati bulunya dan menggosok atau menggaruk wajah berlebihan.
Sebagai catatan, jika kamu merasa ada perubahan perilaku pada kucing kesayangan, segera tanyakan langsung pada dokter hewan sehingga diagnosis yang kamu dapatkan lebih akurat.
(Usamah)