BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menjadikan Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai salah satu sentra produksi garam industri nasional. Langkah ini dilakukan dalam rangka mewujudkan swasembada garam pada akhir 2027.
“Kita sebagai negara maritim, menjadi bagian dari swasembada pangan, garam juga jangan diimpor. Kita impor terus kan. Nah, tiga tahun ini kita akan kerja keras,” ujar Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono di kantor KKP, Kamis (22/5/2025).
Langkah ini sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 17 Tahun 2025 untuk mendorong percepatan program pembangunan pergaraman nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Menteri Trenggono menyampaikan bahwa di Rote terdapat kawasan teluk yang memiliki potensi untuk dimaksimalkan. Kawasan tersebut segaris dengan Australia yang memiliki produksi garam mencapai 10 juta dengan luas kawasan sekitar 10 ribu hektare.
Ia menilai bahwa lokasi tesebut memiliki peluang menghasilkan produksi garam serupa. Jika Indonesia mampu memproduksi setengah dari produksi Australia atau sekitar 5 juta ton garam, maka jumlah tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kebutuhan kita kan kira-kira 5 juta, hampir 5 juta ton. Untuk konsumsi, industri, dan CAP. CAP itu untuk pengeboran minyak, dan sebagainya,” ucap Trenggono.
Baca Juga:
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP, Koswara, mengatakan lebih dari separuh kebutuhan garam untuk sektor aneka pangan dan farmasi masih harus dipenuhi oleh produk impor.
“Hal ini terjadi karena kualitas garam produksi lokal belum sepenuhnya mampu memenuhi standar industri yang ketat,” kata Koswara dalam keterangan resmi, Senin (19/5/2025).
Oleh karena itu Koswara menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan produksi garam nasional untuk mengurangi impor dan mencapai swasembada di tahun 2027. Salah satunya dengan pembangunan sentra garam di Kabupaten Rote Ndao, yang direncanakan untuk menopang kebutuhan industri.
Menurut Koswara, Kabupaten Rote Ndao menjadi salah satu wilayah potensial sebagai sentra garam nasional. Rote Ndao dipilih karena memiliki curah hujan rendah dan tingkat salinitas tinggi.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP telah melakukan pemetaan dengan estimasi total lebih dari 1.000 hektare lahan potensial di Kecamatan Rote Timur dan Kecamatan Pantai Timur
Pemetaan tersebut menjadi tahap awal untuk memastikan kelayakan teknis dan ekologis seperti sumber air serta aspek sosial dalam pengembangan lahan garam berkelanjutan.
“Kita juga mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah, Pak Bupati sudah menyampaikan komitmennya, mudah-mudahan ini bisa dilaksanakan di 2025,” ujarnya.
Bupati Rote Ndao, Paulus Henuk optimis dengan adanya pembangunan sentra garam industri yang digagas KKP di Rote Ndao. Ia pun menyampaikan harapan akan terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah.
“Saya mewakili masyarakat Rote Ndao, berterima kasih atas kehadiran pemerintah pusat melalui KKP. Ini memberikan angin segar bagi masyarakat,” ucap Paulus.
(Raidi/Usk )