BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) akan mengidentifikasi demonstran anarkis yang kedapatan membawa senjata airsoft gun dan bom molotov sehingga menimbulkan chaos di kampus Unisba dan Unpas Bandung.
KDM menyinggung itu saat menggelar audiensi dengan seluruh rektor universitas se-Jawa Barat di Gedung Sate, Bandung, Selasa (2/9/2025).
Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyerap aspirasi dan menyikapi gelombang demonstrasi mahasiswa yang berujung kericuhan beberapa waktu terakhir.
“Saya akan bertemu pihak berwenang untuk identifikasi. Kan ada yang membawa senjata api shotgun (airsoft gun) katanya kan, ada yang membawa bom molotov, ada yang membawa narkoba ada yang dalam keadaan memakai (narkoba), kan ragam, ada yang aktivis murni,” kata KDM.
Sebagaimana diketahui, Polda Jabar mengungkap fakta mengejutkan dari kericuhan yang terjadi di sekitar Universitas Islam Bandung (Unisba), Jalan Tamansari, Kota Bandung, pada Senin (1/9/2025) malam.
Dari 16 demonstran yang diamankan, dua di antaranya dinyatakan positif menggunakan narkoba dan kedapatan membawa senjata airsoft gun.
Kapolda Jabar Irjen Pol Rudi Setiawan menyatakan bahwa kedua orang berinisial GOP dan AA telah ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam pernyataannya, KDM menyatakan akan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk mengidentifikasi dan menindak tegas pelaku yang terlibat tindakan kriminal.
Penyusup vs Penyampai Aspirasi Murni
KDM menekankan pentingnya memisahkan antara mahasiswa yang memperjuangkan aspirasi murni dengan elemen yang menyusup dan melakukan pelanggaran hukum.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Gubernur menegaskan perlunya perlindungan terhadap mahasiswa dan aparat secara berimbang.
“Anak-anak muda harus dilindungi, aparat juga harus melindungi dan dilindungi, karena jangan sampai aparat menjadi korban keberingasan massa,” tegasnya.
BACA JUGA
Aneh, Tersangka Demo Ricuh Unisba Bawa Airsoft Gun dan Pakai Narkoba
KDM Temui Mahasiswa yang Tumbang Terimbas Demo Ricuh di Kampus Unisba
Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kerusakan sejumlah fasilitas publik selama demonstrasi, termasuk gedung MPR RI di Jalan Diponegoro, Gedung DPRD Jabar, rumah makan, bank, serta infrastruktur di bawah Jembatan Pasupati.
Pertemuan dengan para rektor juga membahas upaya menciptakan iklim dialog yang konstruktif antara mahasiswa, pemerintah daerah, dan pihak kampus.
Gubernur Jabar menyatakan komitmennya untuk meneruskan aspirasi akademik kepada pemerintah pusat apabila diperlukan, sambil terus mendorong penyelesaian masalah melalui jalur musyawarah tanpa kekerasan.
(Aak)