BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sebuah video seorang balita bernama Raya berjuang melawan penyakit yang dideritanya viral di media sosial.
Dalam rekaman itu tampak sejumlah cacing diangkat dari tubuhnya, bahkan disebutkan masih banyak telur atau larva yang bersarang di dalam tubuhnya.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa bocah dalam video tersebut adalah warganya.
“Raya anak dari Udin (32) dan Endah (38). Mereka tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025,” jelas Wardi, Selasa (19/8/2025).
Kondisi keluarga
Menurut Wardi, kedua orangtua Raya diduga mengalami keterbelakangan mental sehingga kesulitan memberikan pengasuhan.
“Kedua orangtuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang, tidak tahu persis bagaimana kondisi anaknya,” katanya.
Sebelum kondisinya memburuk, Raya kerap bermain di kolong rumah bersama ayam.
Ia kemudian mengalami demam, didiagnosis menderita penyakit paru-paru, tetapi terkendala biaya karena keluarga tidak memiliki kartu keluarga (KK) dan BPJS.
Wardi mengungkapkan, Raya sempat masuk keluar klinik hingga akhirnya mendapat bantuan dari komunitas filantropi Rumah Teduh.
Raya dirawat sekitar sembilan hari dengan bantuan filantropi tersebut. Namun, pada 22 Juli 2025 malam, Raya dinyatakan meninggal dunia.
“(Raya meninggal) saya kumpul, dan mayat tersebut datang. Dikuburkan malam hari,” ucap Wardi.
Sanksi Dedi Mulyadi
Kasus ini mendapat perhatian Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Ia menjatuhkan sanksi berupa penundaan pencairan dana desa untuk Desa Cianaga.
“Saya memutuskan terhadap desa itu memberikan hukuman. Saya tunda bantuan desanya karena desanya tak mampu urus warganya,” ujar Dedi saat pidato di Rapat Paripurna DPRD Jabar, Selasa (19/8/2025).
Dedi menilai, perangkat desa hingga RT lalai dan gagal mengurus warganya.
Baca Juga:
Kisah Pilu Raya, Bocah di Sukabumi Meninggal Digerogoti Cacing
“Hari ini kita punya derita seorang anak berumur tiga tahun dari Kabupaten Sukabumi pada sebuah kampung terpencil, ibunya ODGJ, bapaknya mengalami TBC. Anak itu tiap hari di kolong. Dia meninggal di rumah sakit dalam keadaan seluruh cacing keluar dari hidungnya,” kata Dedi.
Ia menegaskan, kasus ini menunjukkan lemahnya empati birokrasi.
“Betapa kita gagap dan lalai. Perangkat birokrasi yang tersusun sampai tingkat RT ternyata tidak bisa membangun empati,” tegasnya.
(Anisa Kholifatul Jannah)