BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang waliyullah yang dijuluki “Sulthonul Auliya” atau rajanya para wali, dikenal sebagai sosok spiritual yang memiliki karomah atau keistimewaan sejak lahir.
Sebagaimana dilansir laman Kemenag RI, Syekh Abdul Qadir Jailani dilahirkan di Jailan, sebuah wilayah kuno yang kini menjadi bagian dari Iran, pada malam pertama Ramadhan tahun 470 Hijriah, Syekh Abdul Qadir meninggalkan jejak sejarah yang menginspirasi banyak pengamal tarekat hingga saat ini.
Menurut kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah karya Habib Ali Hasan Baharun, karamah Syekh Abdul Qadir sudah terlihat sejak malam kelahirannya.
Ayahnya, Abu Shalih Musa Janaki, bermimpi didatangi Rasulullah SAW yang memberitahukan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak laki-laki.
Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Shalih, engkau akan dikaruniai anak laki-laki oleh Allah. Anak itu anak kesayanganku dan kesayangan Allah. Ia akan mendapat pangkat yang tinggi dalam kewalian sebagaimana aku dalam pangkat kenabian.”
Tak hanya Rasulullah, nabi-nabi lain juga turut menyampaikan kabar gembira tersebut. Mereka menyatakan bahwa anak itu akan menjadi “Sulthanul Auliya” dan semua wali serta imam-imam akan berada di bawah kepemimpinannya.
Siapa pun wali yang tunduk padanya akan naik derajat kewaliannya, sedangkan yang menolak akan dicabut kewaliannya oleh Allah.
Keistimewaan lain terlihat pada malam kelahiran Syekh Abdul Qadir. Di Jailan, tidak ada bayi perempuan yang lahir pada malam itu. Sebanyak 1.100 bayi laki-laki lahir, dan semuanya diyakini menjadi wali yang akan mendampingi kewalian Syekh Abdul Qadir.
Salah satu karamah yang paling menakjubkan adalah kebiasaan Syekh Abdul Qadir sejak bayi. Ia tidak mau menyusu pada siang hari selama bulan Ramadhan, dan hanya menyusu setelah waktu berbuka puasa. Hal ini diyakini sebagai tanda bahwa ia telah menjalankan puasa Ramadhan sejak bayi.
BACA JUGA
Kisah Imam al-Ghazali dan Seekor Lalat yang Menjadi Penghantarnya ke Surga
Cerita 1001 Malam: Kisah Abu Nawas Dapat Untung karena Menangkap Angin
Selain itu, di pundak Syekh Abdul Qadir terdapat bekas telapak kaki Rasulullah saw. Bekas ini diyakini berasal dari malam Isra Mi’raj, ketika Rasulullah naik ke atas buroq.
Keajaiban lain yang menyertai kelahirannya adalah terpancarnya cahaya sangat terang, sehingga orang-orang yang menyaksikannya tidak mampu menatapnya langsung.
Uniknya, ibu Syekh Abdul Qadir melahirkannya pada usia 60 tahun, sebuah kejadian langka yang menambah daftar keistimewaan kelahiran sang wali. Syekh Abdul Qadir wafat di Baghdad, Irak, pada tanggal 10 Muharram tahun 571 Hijriah dalam usia 91 tahun.
Kisah kelahiran dan kehidupan Syekh Abdul Qadir Jailani terus menjadi inspirasi bagi umat Islam, terutama para pengamal tarekat, yang menganggapnya sebagai salah satu wali Allah yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam.
(Aak)